Adam tidak menjelaskan secara gamblang siapa dirinya. Namun dia benar-benar memperlakukan Marissa sangat berbeda seolah Marissa benar-benar kekasihnya. Dan Kevin menangkap itu dengan jelas. Adam cukup senang karena Kevin terpancing dengan sikapnya.
"Sudah tidak ada yang perlu dicemaskan, Bu. Demamnya mereka demam biasa aja."
"Bener nggak ngaruh karna mencretnya kemaren kan, Dok?"
Dokter itu tersenyum, mengerti kekhawatiran Marissa. Claris sudah menghubunginya kemarin dan Marissa pun sejak awal sudah mengatakan padanya kalau Marissa mungkin akan merepotkannya dan bersikap berlebihan.
"Ibu Claris udah bilang kalau mereka udah nggak mencret sejak dua hari yang lalu, jadi tidak ada pengaruh dari mencretnya, Bu. Mungkin mereka kangen ayahnya."
Perkataan dari Dokter itu membuat Marissa dan Kevin mematung. Sedangkan Claris mengangguk.
"Bisa jadi, Dok. Tadi Bara waktu di gendong sama ayahnya nggak rewel lagi. Padahal dia biasanya yang paling rewel."
Kevin langsung menatap putra kembarnya dengan bersalah. Kenapa dia harus berpikir sampai selama ini hingga dia mengabaikan keberadaan bayi kembarnya?
"Baik, Dok, terima kasih udah meriksa anak-anak saya, ya."
"Sama-sama, Bu."
Marissa langsung menggendong Bara untuk keluar agar Kevin bisa menggendong Mahesa.
"Risa, kita harus bicara."
Perkataan dari Kevin membuat Marissa menghela napasnya. Namun kali ini sepertinya Marissa menuruti keinginan Kevin. "Tapi gue nggak mau ngomong berdua aja sama lo, Kevin."
Kevin menyanggupinya. Lagipula, Kevin ingin menunjukkan pada Adam kalau posisi Adam pun masih belum aman untuk bisa memiliki Marissa dan bayi kembar mereka.
***
Gama mengajak Claris berkencan. Gama telah menyiapkan segalanya agar waktu 2 harinya bersama Claris ini bisa berjalan sempurna.
"Apa nggak papa, Kak, kita nginep?"
Gama menatap Claris yang sedang mengalihkan pandangannya pada jendela, sebentar. "Apa yang kamu khawatirin, Cla?"
Claris menggelengkan kepalanya. "Mahesa sama Bara."
"Kita besok pulang, Cla, kenapa harus cemas berlebihan?"
"Cla takut Marissa capek."
"Ada Nonce dan Adam yang menjaga mereka. Kamu nggak percaya sama mereka?"
"Eh, bukan gitu maksudnya," ucap Claris dengan panik. Menghela napasnya, Claris akhirnya hanya bisa mencoba menenangkan dirinya. "Perasaan aku nggak enak."
Gama menggenggam tangan Claris berharap Claris dapat tenang. "Kita langsung pulang kalo terjadi sesuatu."
Claris mengangguk walau perasaannya tak kunjung tenang. Entah mengapa Claris yakin sesuatu yang buruk akan terjadi.
***
Claris bisa sedikit tenang begitu mereka sampai di tempat tujuan. Kalau mungkin kebanyakan orang suka dengan pantai, Claris justru tak menyukainya. Claris senang Gama mengajaknya kemah di pinggir hutan seperti ini. Claris lebih senang pergi ke tempat dingin dan sepi seperti ini.
"Suka?"
Claris langsung menghampiri Gama yang sedang mengatur posisi untuk tenda mereka. "Suka banget, Kak! Makasih, ya?"
Gama mengusap kepala Claris lalu kembali melanjutkan mendirikan tenda mereka dan meminta Claris untuk duduk saja di kursi kecil yang dia bawa.
Claris menurut karena dia sadar dia tak mengetahui dalam hal mendirikan tenda.
![](https://img.wattpad.com/cover/125440298-288-k606624.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Mom
General FictionMenikahi pria yang dicintai ialah salah satu kebahagiaan terbesar bagi Claris. Karena terbiasa tidak diterima, Claris tak merasa hidupnya lebih berat saat dia menjalani hidupnya menjadi seorang istri dan ibu sambung dari 5 anak suaminya. Tidak satu...