Bagian 3.

14K 684 17
                                    

Saat ini Adam dan Claris sedang menuju kampus Adam. Keduanya saling diam. Sampai saat mereka terjebak dalam kemacetan, Adam akhirnya membuka suaranya.

"Gue sama adek-adek gue gak suka sama lo."

Claris menoleh seraya tersenyum pada si sulung. "Saya tau."

Adam mengernyit tak suka dengan sikap santai wanita di sampingnya ini. "Sebenernya kenapa bisa sih, Daddy nikah sama lo?"

Claris memilih diam. Bukan ranahnya untuk menjawab pertanyaan yang tidak ditujukan padanya.

Setelah beberapa menit dia tidak menjawab pertanyaan Adam, akhirnya dia menjawabnya begitu Adam memarkirkan mobilnya.

"Untuk hal itu bisa kalian tanyakan pada Papa kalian sendiri atau Oma dan Opa kalian."

***

Saat ini Claris sudah duduk di ruang senat bersama Adam, sang dosen, juga kedua orang pria yang menatapnya mencela.

"Jadi apa Ibu Claris sudah tau dengan apa yang dilakukan Adam?"

"Suami saya bilang kalau Adam ngeroyok temennya. Lalu di mana temen-temennya Adam yang lain yang ikut ngeroyok sama Adam saat kejadian, Pak?"

Adam menatap Claris tertarik, dengan sebelah alisnya yang naik, karena lontaran jawaban dan pertanyaan Claris.

"Maaf, Bu, tapi Adam ngeroyok Yohan sendiri."

Claris mengernyit heran. "Tunggu, ngeroyok sendiri? Gimana bisa ngeroyok sendirian? Ngeroyok itu udah pasti rame-rame, kan, Pak?"

Salah seorang pria di sana membentaknya. "Anak sialan ini emang ngeroyok anak saya sampe koma! Anda bisa tidak sebenernya ngurus anak?" pria itu mendengus. "Lagian masih muda kok udah punya anak segede ini. Sejak kapan Anda hamil anak sialan ini? Anaknya aja gak bener udah pasti ibunya juga gak bener!"

Claris tersentak mendengar itu. Sedangkan Adam mencoba menahan amarahnya. Bukan marah karena Claris dihina, tapi ini soal harga dirinya yang disinggung.

"Sikap Anda juga sama sekali tidak menunjukkan bahwa Anda lebih baik dari saya, Tuan. Saya mau liat kamera pengawas kampus ini di tempat kejadian, Pak."

Sang dosen menyuruh mereka berdua tenang.

"Maaf, Bu, tapi teman-teman mereka bilang bahwa Adam yang ngeroyok Yohan membabi buta."

Ucapan sang dosen membuat Adam mendengus.

"Teman-teman mereka? Siapa teman-teman mereka? Yang menjadi saksi bahwa anak saya ngeroyok Yohan? Terus di mana mereka?"

Sang dosen mengangguk dan permisi sebentar untuk memanggil anak-anak yang menjadi saksi itu.

Hening membuat Adam menatap Claris yang sedang menatap meja di depannya dengan pandangan santai. Tidak ada emosi apapun yang menguar dari wanita itu.

Tak lama kemudian, sang dosen kembali masuk bersama 6 orang anak laki-laki.

6 orang anak laki-laki itu langsung menyapa pria yang tadi membentak Claris dengan akrab. Sedangkan tidak menatap Adam sama sekali. Sekalinya ada, tatapan itu adalah tatapan kesal atau takut.

"Hanya mereka, Pak?" Claris akhirnya bertanya dan tersenyum saat melihat sang dosen telah kembali ke kursinya.

"Iya, Bu."

"Emang di mana kejadian saat anak saya ngeroyok Yohan, Pak?"

"Gudang belakang kampus."

"Dan apa di sana nggak ada kamera pengawas, Pak?"

Step MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang