Claris tersenyum menatap undangan pernikahan milik Roy.
Claris tak menyangka setelah semuanya yang terlewat, akhirnya Roy bisa menemukan gadis yang bisa membuatnya nyaman dan berbagi keluh kesahnya. Claris tahu sekali bahwa gadis yang dipilih Roy adalah gadis yang sebenarnya selama ini selalu memerhatikan Roy. Itu dapat terlihat jelas dengan bagaimana cara gadis itu menatap Roy.
Claris mengambil ponselnya saat ponselnya berdering tanda panggilan video. Melihat nama Roy Claris segera mengangkat panggilan dari anak tirinya itu.
"Ya ampun! Kamu ganteng banget, Roy."
Di layar ponselnya, Roy melirik istrinya lalu terkekeh. "Mama jangan begitu. Nanti gak cuma istri aku yang cemburu, tapi Daddy juga."
Claris tersenyum saja. "Saya seneng banget kamu bisa sadar sama perasaan Chriesta, Roy."
"Berkat Mama aku jadi gak sia-siain orang yang sayang sama aku, Ma."
"Saya cuma mau kamu sadar, kalo kamu selama ini gak sendirian. Banyak yang sayang sama kamu. Saya gak mau kamu selalu ngerasa bersalah atas hal yang gak kamu lakuin, Roy."
"Untuk itu rasanya bilang makasih ke Mama tuh, gak cukup, ya?"
Claris terkekeh. "Asal kamu bahagia, saya juga ikut bahagia, Roy."
"Terus gimana sama Mama sendiri? Mama bahagia?"
Claris menatap jendela di depannya dengan pandangan menerawang. Tinggal di tempat ini selama 2 tahun membuat Claris merasa tenang dan nyaman. Claris tak lagi merasakan ketakutannya yang seolah menghantuinya begitu dia memutuskan untuk tinggal di sini.
Walau pun Claris harus jauh dari mereka di tempat ini, tapi Claris merasa hal ini lah yang seharusnya sejak dulu dia lakukan. Memberikan waktu baginya untuk menenangkan diri.
"Ma? Mama gak papa, kan?"
Claris kembali menatap layar ponselnya lalu mengangguk. "Ya, saya gak papa."
Roy menghela napasnya. "Mama bahagia, kan?"
"Saya bahagia, Roy. Kamu gak usah cemasin saya."
"Tapi udah dua tahun Mama di sana. Mama gak mau ke sini? Bahkan saat pernikahan Marissa, Mama gak dateng."
Claris tersenyum, kembali mengingat hari saat di mana Marissa menikah namun dia tak dapat datang.
Saat itu Claris benar-benar tak bisa datang karena kecemasannya tiba-tiba menghampirinya saat dia mendapat 'surat kaleng' entah dari siapa. Claris langsung meminta Reyn untuk datang dan menemaninya dan mencari-tahu siapa yang mengiriminya boneka bayi penuh dengan darah itu. Tapi ternyata hanya tetangganya yang sedang iseng mengiriminya itu karena waktu itu bertepatan dengan minggu halloween. Setelah memastikan bahwa 'surat kaleng' yang diterimanya memang karena keisengan tetangganya, Reyn kembali meyakinkannya bahwa Claris akan tetap aman tinggal di sini.
"Kamu tau alasan saya gak bisa dateng saat itu, Roy."
"Tapi Mama bakal dateng besok, kan?"
Claris mengangguk. "Iya, saya pasti dateng. Saya udah kangen banget sama kalian, terutama sama si kembar."
Roy tergelak. "Aduh, mereka makin aktif, Ma. Aku aja sampe pusing hari ini mereka berantakin semuanya," kata Roy tapi dengan mata berbinar tanda bahwa dia tak keberatan dengan kerusuhan yang dilakukan si kembar. "Mama juga harus dateng pas ulang tahun mereka ke-lima bulan depan, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Mom
Ficción GeneralMenikahi pria yang dicintai ialah salah satu kebahagiaan terbesar bagi Claris. Karena terbiasa tidak diterima, Claris tak merasa hidupnya lebih berat saat dia menjalani hidupnya menjadi seorang istri dan ibu sambung dari 5 anak suaminya. Tidak satu...