Claris tak dapat bernapas sama sekali. Saat Gama menarik bahunya lalu membuat mereka dalam posisi begitu intim seperti ini, Claris benar-benar tak bisa berpikir apapun selain kehangatan yang diberikan oleh Gama.
Claris memejamkan matanya mencoba menyerap kehangatan yang diberikan oleh suaminya itu. Tapi Claris merasa salah saat dia memejamkan matanya. Bayang-bayang yang selalu dia tutupi, mulai muncul kepermukaan. Untungnya, Gama melepaskan tautan bibir mereka.
Claris membuka matanya dan memilih menunduk. Gama yang melihat sikap Claris langsung memerangkap wajah Claris agar menatapnya.
"Kamu nggak suka?"
Tapi melihat wajah Claris yang agak pucat membuat Gama mencoba fokus dan tak menatap bibir Claris yang membengkak. "Kamu sakit?"
Claris menggeleng lalu wajahnya mulai memerah. Gama mengernyit melihat perubahan itu. Wajah Claris tak lagi pucat, bahkan bibirnya semakin menggodanya untuk melumatnya kembali.
"Aku bilas dulu ya, Kak?" ucap Claris yang kembali menunduk.
Gama terkekeh begitu satu pemikiran melintasi kepalanya. Claris begitu kaget dan malu.
"Ya udah. Tapi aku nggak bakal minta maaf untuk yang tadi, Cla."
Claris akhirnya menatap Gama dengan kemauannya sendiri. "Aku nggak ngerasa kalau yang tadi Kakak lakuin itu salah, kenapa Kakak harus minta maaf?"
Gama mengangkat kedua bahunya. "Just in case."
Claris menghela napasnya. "Nggak ada yang salah kalau Kakak nyentuh aku. Aku udah jadi istri kamu, Kak. Kakak berhak atas aku."
Mendengar jawaban Claris membuat Gama rasanya ingin langsung menyentuh Claris saat ini juga di kamarnya. Kamarnya yang dulu yang sekarang ditempati Claris karena Claris beberapa kali menginap atau tinggal di sini.
"Kak, aku bilas dulu, ya? Nggak kuat, dingin."
Gama mengangguk dan melepas tangannya yang tadi masih berada di pipi Claris. Gama langsung mencekal tangan Claris membuat Claris menoleh dengan bingung.
"Jangan pake baju yang ketat-ketat lagi, Cla."
Claris memilih mengangguk saja. Astaga, rasanya jantungnya benar-benar seperti hendak keluar.
Dan sialnya, Claris tak tahu jantungnya berdebar kencang seperti ini karena ketakutannya atau rasa yang membuncah karena akhirnya Gama mau menyentuhnya.
***
Gama mengajak Claris dan Marissa ke salah satu pusat perbelanjaan. Gama ingin membiarkan Marissa refreshing sekalian agar putrinya itu kembali percaya padanya.
"Kamu capek? Kalo kamu capek saya bisa minta kursi roda, nanti biar saya yang dorong."
Marissa menggeleng. "Nggak apa-apa, Ma. Dad, kita makan sekarang? Aku udah laper banget."
Gama mengangguk. "Kalian mau makan apa?"
"Mama mau makan apa?" kata Marissa sambil menatap Claris dengan senyum lebarnya. Sial, jantungnya kembali berdebar.
"Apa aja."
Gama menatap Marissa. "Kamu mau makan apa?"
"Mau ramen. Boleh ya, Ma? Aku udah lama nih, gak makan ramen."
Claris merasa jengah dengan tatapan Marissa memilih mengangguk saja. "Tapi jangan pedes-pedes banget, ya."
Marissa mengangguk. "Ah, aku mau ke toilet dulu. Dad, Mamanya dilepas dulu biar Mama bisa nemenin aku ke toilet."
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Mom
General FictionMenikahi pria yang dicintai ialah salah satu kebahagiaan terbesar bagi Claris. Karena terbiasa tidak diterima, Claris tak merasa hidupnya lebih berat saat dia menjalani hidupnya menjadi seorang istri dan ibu sambung dari 5 anak suaminya. Tidak satu...