Claris terkejut mendapati nomor asing menghubunginya dan mengatakan kalau dia itu Kevin, mantan kekasihnya Marissa. Dalam pesannya, Kevin mengatakan ingin bertemu dengan Marissa. Claris segera menghampiri Marissa yang sedang mengobrol dengan Lisa.
"Sa, Kevin ngehubungin saya ini. Dia ngajak ketemu."
Marissa dan Lisa langsung menatap Claris dengan penasaran.
"Kevin ayah dari janin kamu, Marissa."
Marissa mengangguk dengan lesu.
"Ya udah, sana, kamu ketemu aja sama dia."
Marissa langsung menatap Claris.
Claris tersenyum. "Ayo, saya temenin. Tapi kamu harus berani ngomong berdua aja sama dia ya?"
Marissa mengangguk dengan pasrah. Sepertinya dia memang membutuhkan untuk bicara berdua saja dengan Kevin.
***
Mereka baru saja sampai dan belum mendapati keberadaan Kevin di kafe privat ini.
"Sa? Boleh saya tanya sesuatu?" kata Claris begitu mereka duduk di kursi kafe.
Marissa mengangguk. "Tanya aja, Ma."
"Saya sebenernya bingung kenapa kamu bisa putus sama Kevin. Apa saya boleh tau alasan kenapa kamu putus sama dia?"
Marissa menghela napasnya. "Dia cuma main-main sama aku. Dia udah punya cewek yang dia cinta. Dan cewek itu sahabatnya."
"Tapi kamu cinta sama dia, kan?"
Marissa tersenyum dan menunduk. "Ya, aku cinta sama dia. Tapi aku juga sadar dari awal kalo aku nggak mungkin bisa terus sama dia. Sebenernya, hamil kayak gini kemauan aku sendiri, Ma. Aku tadinya mikir kalo aku hamil aku bisa milikin dia dan dia bakalan tanggung jawab dengan nikahin aku. Tapi ternyata masalah lain malah dateng. Ada kesalah-pahaman antara aku sama dia. Dan aku sengaja yang ngebiarin kesalah-pahaman itu berlanjut, Ma. Karna akhirnya aku sadar kalo Kevin gak akan pernah bisa cinta sama aku. Dan perasaan seseorang itu gak bisa dipaksa. Jadi aku coba mengikhlaskan.
"Terus aku pikir, keluargaku bakal nerima keadaan aku walau pun aku tau mereka pasti marah besar dan kecewa sama aku. Tapi nyatanya apa. Mereka lebih mikirin nama baik mereka dibanding keselamatan aku. Aku jujur aja nggak masalah kalo Daddy ngusir aku atau nggak ngakuin aku lagi sebagai anaknya. Tapi dia bahkan terang-terangan ngomong kalo gak papa aku mati asal nama baiknya gak aku coreng karna keadaan aku ini."
Marissa menatap Claris dengan mata yang telah berkaca-kaca. "Aku bener-bener nggak tau lagi gimana nasib aku kalo Mama gak nikah sama Daddy. Mungkin aku sekarang nggak akan duduk di sini dengan perut yang udah membesar ini."
Claris tersenyum dan mengangguk pada Kevin yang berdiri di belakang Marissa.
Marissa yang melihat tingkah Claris langsung menoleh. Tercekat, Marissa tak bisa berkata-kata selain menatap mata yang selalu membuatnya gila.
"Saya rasa banyak yang perlu kalian bicarain. Saya duduk di sana ya, Sa?"
Marissa langsung menatap Claris dan hendak menahannya namun Kevin langsung memotong apa yang ingin dia ucapkan.
"Oke, Tante, makasih ya."
Claris mengangguk. Claris yakin, tanpa Marissa dan Kevin sadari, sebenarnya Kevin itu mencintai Marissa. Kalau Kevin tidak mencintai Marissa, buat apa karena kesalah-pahaman mereka bisa putus yang Marissa bilang padahal Kevin hanya main-main dengan Marissa. Kevin tak akan berlaku begitu kalau dia memang tak mencintai Marissa.
Claris menoleh begitu seseorang menahan bahunya. Meringis, Claris buru-buru meminta maaf.
"Maaf, saya nggak sengaja."
Pria di depannya tersenyum. "Lain kali jalannya hati-hati, Riris."
Tubuh Claris langsung menegang. Riris? Kenapa dia merasa familiar dengan panggilan itu? Dan kenapa dia harus merasa merinding dan takut dengan panggilan itu?
Claris menatap pria di hadapannya ini. Mencoba menggali ingatannya tentang pria di hadapannya ini.
Ah, apa sebelumnya dia memang mengenali pria ini?
Claris akhirnya memilih mengangguk. "Sekali lagi saya minta maaf."
Pria itu tersenyum. "Ya. Lain kali berhati-hatilah."
Claris langsung memutar tubuhnya. Kenapa rasanya dia ingin berlari sejauh mungkin dari pria itu?
Ah, tunggu. Sepertinya Claris mengingat pernah bertemu dengan pria tadi. Claris yakin dia pernah bertemu dengan pria itu. Tapi di mana?
Claris kembali melihat pria itu yang ternyata sedang memesan di kasir.
Ya, Claris benar-benar familiar dengan sosoknya.
Namun satu hal yang membuat Claris bingung. Kenapa dia rasanya ingin bersembunyi dari pria itu?
***
"Jadi Kevin mau bertanggung jawab tapi kamu nggak mau?"
Marissa mengangguk.
"Maaf kalo saya boleh tau apa alasannya?"
Marissa menggenggam tangan Claris. "Dia itu cuma kasian sama aku, Ma. Dan aku nggak perlu itu. Aku sama sekali nggak butuh rasa kasian dia. Aku punya Mama yang beneran tulus sama aku. Aku nggak mau jadi penghalang apalagi penghancur buat kebahagiaan orang lain. Biar aja kayak gini."
Claris menatap Marissa lama. "Gimana kalau ternyata Kevin cinta sama kamu, Sa?"
Marissa menatap kosong pada genggaman tangannya dengan Claris.
"Sa, maaf, kalo saya boleh berpendapat, sebenernya saya ngeliat kalo Kevin itu cinta sama kamu. Tapi mungkin dia cuma nggak sadar sama hal itu aja."
"Nggak mungkin, Ma," kata Marissa dengan kepalanya yang menggeleng.
"Kalo saya tangkep permasalahan kalian, dari Kevin yang nggak percaya itu anaknya dan kamu bilang ada kesalah-pahaman yang kamu biarin, apa itu karna kamu membiarkan Kevin berpikir kalo kamu selingkuh, Sa?"
Marissa terkekeh. "Ya. Tapi ya udah, biarin aja. Aku nggak mau terus bertanya-tanya apa aku bisa bikin dia cinta sama aku atau mungkin sebaiknya aku emang gak pernah mencobanya. Aku cuma mau jalanin hidup aku aja, Ma. Masalah bayi ini, Mama, Grandma dan Grandpa, bisa nerima aja aku udah bersyukur, banget. Aku gak pernah berharap lebih. Seenggaknya, aku nggak sendiri."
"Ya udah, kamu nggak usah mikir hal ini lagi. Kalo emang pendapat saya bener, dia akan berjuang untuk kamu," ucap Claris sambil tersenyum.
"Aku bener-bener gak tau harus ngomong apa dan gimana lagi sama Mama." Marissa memeluk Claris. "Tapi aku bener-bener makasih banget dan merasa bersyukur karna Tuhan udah datengin Mama ke kehidupan aku."
Claris membalas pelukan Marissa dan tersenyum.
***
Sosok misteriusnya Claris mulai dateng. So sorry buat yg ngarep sosok itu baik, bisa kalian liat sendiri dari respon Claris, ya, wkwkwkwkwk.
Itu sebabnya nggak mau bales komen kemaren2 tuh karna emg sosok misterius itu gak baik 😂
Maaf mematahkan harapan. Tapi emg hidupnya Claris sekarang bakal berputar sm keluarganya Gama dulu.
Sampe ketemu minggu depan! Saya bakal fokus ke cerita Claris sama Beth dulu ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Mom
General FictionMenikahi pria yang dicintai ialah salah satu kebahagiaan terbesar bagi Claris. Karena terbiasa tidak diterima, Claris tak merasa hidupnya lebih berat saat dia menjalani hidupnya menjadi seorang istri dan ibu sambung dari 5 anak suaminya. Tidak satu...