Claris mengangguk. "Serius, Cla ngerti maksud Kakak."
Gama menghela napasnya. "Sini, biar aku yang anter makanan buat Marissa."
Claris menatap Gama cemas. Claris takut Gama kembali membuat mental Marissa drop.
"Nggak apa-apa, Kak, Cla bisa."
"Oke, aku ikut kalo gitu."
Claris mengangguk kaku. Semoga saja Gama tidak menyakiti Marissa lagi dengan ucapannya.
***
Senyum Marissa luntur begitu melihat Gama berada di belakang Claris. Marissa diam saja dan mencoba mengabaikan kehadiran Gama.
"Mama masak apa? Aku kan udah bilang aku lagi mau es krim."
Gama mengangkat sebelah alisnya mendengar si bungsu memanggil istrinya dengan sebutan 'Mama'.
"Saya bawa es krim ini. Tapi kamu harus makan, ya. Janin kamu juga butuh nutrisi."
Marissa mengangguk dan dengan antusias mengambil mangkuk yang berisi es krim. "Padahal aku makan di meja makan nanti juga nggak apa-apa loh, Ma."
Claris tersenyum canggung karena kehadiran Gama.
"Jadi gimana, Marissa? Kamu mau gugurin anak kamu itu?"
Claris menahan napasnya begitu Gama kembali membahas hal ini. Kenapa? Kenapa harus membunuh janin yang tak berdosa itu? Kenapa janin tak berdosa itu harus dihukum karena kesalahan orang tuanya?
"Aku lagi nggak mau ribut sama Daddy."
"Tapi gimana sama masa depan kamu, Marissa!"
"Kak, janin itu nggak salah," ucap Claris akhirnya.
"Tapi aku nggak mau janin itu jadi aib buat keluarga, Cla."
Marissa menatap Gama tajam. "Jadi Daddy nganggep cucu Daddy ini aib?"
Gama menatap Marissa tajam. "Daddy benar, kan?"
Claris menatap Gama tak percaya seraya menggelengkan kepalanya.
"Aku nggak akan gugurin anak aku!"
Gama mendengus. "Terus pacar kamu mau tanggung jawab? Kalo pacar kamu mau tanggung jawab, silahkan pertahankan anak kamu itu."
Marissa langsung menunduk, menahan air matanya.
"Buat apa pacarnya Marissa bertanggung jawab kalo nantinya dia tetep nyakitin Marissa, Kak?"
Gama langsung menatap Claris. "Apa maksud kamu?"
Claris tersenyum. "Sebagai orang tua, kamu harusnya mendukung mental anak kamu di saat seperti ini, Kak. Bukannya aku membela Marissa, Marissa tetap salah. Tapi yang Marissa butuhkan saat ini dukungan dari keluarganya, dari orang terdekatnya. Gimana kalo nanti Marissa kehilangan rasa percaya dirinya karna gak di percaya sama orang-orang terdekatnya?
"Kak, aborsi itu nggak baik kalo ibu sama janinnya baik-baik aja, nggak ada masalah. Gimana kalo saat Marissa maksa buat aborsi dia malah kehilangan nyawanya juga? Atau gimana kalo rahimnya rusak? Mungkin Kakak nggak masalah, tapi buat Marissa itu masalah besar. Mau jadi apa kalo Marissa nikah nanti tapi nggak bisa punya anak untuk waktu yang lama cuma karna dia pernah aborsi?"
Gama tertegun. Gama jujur tak memikirkan hal itu sama sekali. Claris tersenyum melihat respon suaminya itu.
"Kak, dengan Marissa hamil di luar nikah, Marissa udah dapet hukuman dari masyarakat. Masa kita sebagai keluarganya juga malah mau nambah hukumannya dan nyuruh dia buat terjun ke jurang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Mom
General FictionMenikahi pria yang dicintai ialah salah satu kebahagiaan terbesar bagi Claris. Karena terbiasa tidak diterima, Claris tak merasa hidupnya lebih berat saat dia menjalani hidupnya menjadi seorang istri dan ibu sambung dari 5 anak suaminya. Tidak satu...