Bagian 57.

4.1K 402 14
                                    

"Kamu kenapa ngomong begitu, Cla? Aku gak suka kamu ngomong begitu."

"Apa yang aku bilang bener, Kak. Kamu harus berubah biar anak-anak juga bisa berubah."

"Bukan itu yang aku gak suka, Cla. Ucapan kamu soal kalo kamu gak ada, aku gak suka itu. Kamu ngomong itu seolah-olah kamu mau ninggalin aku dan anak-anak."

Claris tersenyum lemah, merasa miris pada Gama dan dirinya sendiri. Setelah segalanya yang dia katakan, Gama hanya fokus pada kata-katanya yang merupakan fakta dan kenyataan itu.

Claris merasa, entah cepat atau lambat, dia pasti juga akan berpisah dengan Gama. Claris juga bingung kenapa dia bisa merasa seyakin itu. Perasaannya akhir-akhir ini seolah sedang memberi-tahunya bahwa dia akan berpisah dengan keluarganya ini. Tapi di samping soal perasaannya itu, kenyataan bahwa Gama tak mencintainya membuat Claris merasa bahwa mungkin memang perpisahan mereka ini adalah yang terbaik.

Claris tersentak kaget saat Gama tiba-tiba memeluknya.

"Janji sama aku kalo kamu gak bakal ninggalin aku, Cla."

Claris diam. Claris tak tahu harus menjawab apa karena pada kenyataannya pun, Claris tak ingin berpisah dari pria yang dia cintai ini. Tapi, bagaimana dengan anaknya? Bagaimana kalau anaknya merasakan perasaannya selama ini dan akhirnya anaknya tahu dan mengerti bahwa ayahnya tidak mencintai ibunya?

Claris memejamkan kedua matanya. Claris tak ingin anaknya merasakan itu. Claris tak ingin gagal menjadi orang tua sekalipun kalau nantinya dia harus menjadi orang tua tunggal.

Merasakan Claris hanya diam saja, Gama langsung melepas pelukannya dan menangkup kedua pipi Claris lalu menatapnya dalam. "Cla, jawab, Cla. Janji kalo kamu gak akan ninggalin aku sama anak-anak, Cla."

Claris membalas tatapan Gama dengan pandangan kosong.

"Bisa Kakak belajar cinta sama aku sedikit aja?"

Gama tertegun dengan pertanyaan atau pernyataan Claris itu.

Claris tersenyum. "Aku gak minta banyak, Kak. Aku minta bener-bener sedikit aja kakak belajar buat cintain aku?"

Kali ini Gama yang terdiam. Gama tak tahu dengan perasaannya ini. Dia tak ingin kehilangan Claris, tapi dia juga takut untuk mencintai Claris. Bukan takut setelah dia mencintai Claris lalu perasaan cintanya pada mendiang istrinya hilang, bukan. Perasaan takutnya ini lebih karena dia tahu bahwa ada yang menginginkan Claris.

Mengingat saat Hendra dan Reyn mengatakan bahwa ada yang menginginkan Claris untuk dimiliki sampai pernah diculik dan harus di cuci otaknya, Gama tak siap untuk melihat keadaan Claris yang paling buruk.

Pernah mendapati kondisi Riana yang meninggal saat Gama tak disisi istrinya itu membuat Gama takut untuk melihat sesuatu atau terjadi hal buruk pada orang terdekatnya.

"Aku—"

"Kalo gak bisa, gak usah dipaksa, Kak," ucap Claris kali ini dengan senyum teduhnya.

Claris berdiri, hendak keluar kamar untuk mencari udara segar dari perasaan sesaknya. Tapi baru sampai di depan pintu, Claris berhenti sejenak.

"Aku harap, Kakak bener-bener dengerin semua kata-kataku tadi."

***

Sudah 2 hari ini, mereka, Nonce, Adam dan Marissa tidak melihat Claris. Didera rasa penasaran, Marissa menghubungi Gama untuk menanyakan keberadaan Claris.

"Mama ke mana, Dad? Ke rumah orang tuanya lagi?"

"Lho, emangnya Mamamu gak ada di rumah, Sa?"

Step MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang