"Andre lah. Siapa lagi emangnya pacarnya Marissa?"
Adam tersenyum mendengar itu. "Andre itu bukan pacarnya Marissa, Felly sayang."
Nonce mengangguk. "Iya, Fel, Andre itu bukan cowoknya Marissa."
Sedangkan Claris mencoba fokus dengan pembicaraan ini. Fokus dengan anak-anak tirinya itu. Karena Gama sejak tadi tak lepas menatapnya. Bahkan entah mengapa, Claris yakin kalau Gama tak fokus pada pembicaraan mereka.
"Marissa gak pernah terbuka sama siapa dia pacaran, Fel. Andre, Refan, cuma sebagian cowok-cowok yang deket sama dia," kata Roy yang kali ini ikut memojokkan Felly.
Felly yang dipojokkan memilih menatap Gama yang ternyata Gama sedang menatap Claris membuat Felly menghampiri Gama.
"Daddy dari tadi gak dengerin?"
Gama langsung menatap Felly. "Denger. Bukan Andre pacarnya Marissa. Terus kamu bisa kasih tau siapa pacarnya Marissa yang sebenernya?"
Melihat Felly terdiam, Gama akhirnya menatap anak-anaknya itu. "Lebih baik kalian pulang. Daddy ada urusan sama Claris dulu."
Claris yang mendengar itu menegang.
Dan Gama kembali melihat itu. Melihat bagaimana Adam menatap Claris dengan lama. Sial, dia saja belum pernah menyentuh Claris, lalu apa ini? Putranya yang telah merasakan tubuh Claris lebih dulu?
Lalu setelah semua anaknya pergi, Gama kembali menatap Claris dengan dalam.
"Jadi bener? Adam udah nyentuh kamu?"
Claris langsung kaget. Jadi fokus Gama itu karena ucapan Felly?
"Kak, kita lagi bahas masalah Marissa."
"Tapi soal Adam nyentuh kamu itu juga serius, Cla."
"Mana mungkin Adam mau nyentuh aku, Kak."
"Gimana kalo ternyata kalian ngelakuin itu di belakang aku? Cla, aku tau gimana dulu pergaulan kamu dan gaya pacaran kamu."
Claris memejamkan matanya. Memang dulu dia sempat melenceng yang mengakibatkan kehilangan keperawanannya dengan mantan pacarnya dulu. Tapi setelah itu Claris mencoba berubah menjadi lebih baik karena Claris sadar merusak diri bukan orang lain yang menyesal melainkan dirinya. Tapi Gama pasti hanya mendengar bagaimana dulu dia dari keluarganya, kan?
"Kenapa diem?"
"Terus aku harus ngomong apa, Kak? Aku harus gimana? Kakak bilang aku gak punya hak, aku bingung harus apa. Aku cuma bisa ngelakuin apa yang menurut aku bener. Mau Kakak maki atau pukul aku gimana pun, kalau aku ngerasa apa yang aku lakuin itu bener gak akan merubah keputusanku, Kak. Aku udah gak perduli sama pandangan Kakak atau orang lain. Aku gak perduli bagaimana pun kalian perlakuin aku. Aku cuma mau hidup dengan caraku."
Claris menunduk. Ya, sebenarnya apa yang harus dia lakukan?
Tidak, apa yang sedang dia lakukan?
Bukannya ini juga sama seperti halnya dia merusak dirinya sendiri?
Claris menghela napasnya lalu tersenyum. "Aku bakal tetep jaga Marissa juga kandungannya."
Gama menatap Claris tak suka. "Kalo aku menceraikan kamu sekarang kamu gak bakal bisa apa-apa, Claris."
Claris melebarkan senyumnya. "Marissa tinggal di sini. Aku rasa, Bapak nggak keberatan kalo aku sering dateng ke sini."
Gama mengatupkan rahangnya. "Ya. Kamu juga bisa balik jadi menantu cucunya, begitu?"
"Menantu cucunya?"
Gama terkekeh. "Ya. Kamu bakal bisa nikah sama Adam, kan?"
"Kenapa balik lagi ke Adam sih, Kak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Mom
General FictionMenikahi pria yang dicintai ialah salah satu kebahagiaan terbesar bagi Claris. Karena terbiasa tidak diterima, Claris tak merasa hidupnya lebih berat saat dia menjalani hidupnya menjadi seorang istri dan ibu sambung dari 5 anak suaminya. Tidak satu...