Bagian 35.

5.5K 393 9
                                    

Putusan akhir dari hakim, akhirnya cukup bisa membuat Claris, Gama, Adam, Lisa dan Tio bernapas dengan sedikit lega.

Permintaan mereka dikabulkan untuk merehabilitasi Roy. Pengacara keluarga yang memang sudah meminta Gama untuk mengajukan permohonan rehabilitasi di situs daring BNN (Badan Narkotika Nasional).

Gama sengaja mengajak Claris untuk ikut dengannya ke kantor. Claris menurut saja karena dia malas berdebat. Sedangkan alasan Gama mengajak Claris ke kantor ialah agar Claris tak pulang bersama Adam karena Tio bilang bahwa Tio dan Lisa akan langsung pulang untuk beristirahat.

"Capek?" kata Gama seraya mengajak Claris duduk di sofa.

Claris menggelengkan kepalanya mencoba menenangkan Gama yang sejak tadi terlihat gelisah. Claris mencoba menenangkan suaminya itu yang pasti lebih lelah darinya.

"Kamu mau makan?"

"Kakak mau makan?"

Gama terkekeh, benar-benar sedang mencoba mengalihkan pikirannya untuk mengajak Claris berdebat soal Claris yang datang ke pengadilan, bersama Adam pula.

"Aku nanya kamu kenapa malah kamu nanya balik, Sayang?"

Claris tersenyum. "Cla tau Kakak capek banget karna ngurus masalah ini dan Kakak juga masih harus kerja. Makanya aku nanya sama Kakak, takutnya Kakak yang malah belum makan. Aku mah gak makan pun juga gak punya banyak beban pikiran kayak Kakak."

Gama mengangkat sebelah alisnya mendengar jawaban Claris. Dia sama sekali tak menyangka Claris akan menjawab seperti itu.

Melihat Gama menatapnya intens, Claris memilih duduk di lantai lalu membuka kedua sepatu juga kaus kaki yang dikenakan suaminya itu.

"Kamu mau ngapain, Sayang?"

Claris menaikkan kaki Gama ke atas sofa. "Kakak duduk aja, biar aku pijit Kakak sebentar."

Gama menatap Claris yang fokus memijat kakinya dan beberapa kali menanyakannya apakah pijitan istrinya itu menyakitinya. Gama tidak pernah dilayani seperti ini bahkan saat dulu dengan mendiang istrinya. Jadi saat Claris benar-benar melayaninya seperti ini, Gama tak bisa mengatakan apa pun selain bertanya-tanya.

Sebenernya gimana cara kamu berpikir, Cla?

***

Menghisap rokok yang sudah dibakarnya, sayang sekali Adam benar-benar tak bisa mengenyahkan Claris dari kepalanya. Bahkan Adam meringis saat menyadari sampah bungkus kotak yang menggunung di kamarnya.

Sialan! Sungguh, sialan! Kenapa dia harus tertarik pada Claris

Adam benar-benar tak menyangka kalau dia bisa sampai begitu tertarik pada Claris. Adam mengira kekagumannya itu hanya awalnya saja karena Claris yang begitu mudah 'membereskan' masalahnya. Setelah kejadian itu Adam sebenarnya memang jadi sedikit lebih memerhatikan Claris. Namun yang tak disangkanya, ternyata dia memang terlalu banyak menaruh perhatian pada Claris sampai dia sendiri tak menyadarinya. Dan karena itu, awalnya yang Adam kira sedikit itu malah menjadi bumerang baginya.

Adam benar-benar tak pernah mengira kalau dia bahkan bisa sampai memiliki perasaan lebih pada Claris seperti ini.

Kalau sudah begini, harus kah dia tetap mencoba untuk mendapatkan Claris atau biarkan saja perasaannya ini?

Adam sama sekali tak masalah kalau pun dia harus membiarkan perasaannya begitu saja atau pun membiarkan Claris bersama Gama, ayahnya. Tapi masalahnya Adam pun tahu kalau Gama tak mencintai Claris dan Claris tidak bahagia dengan Gama.

Step MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang