Bagian 17.

7.6K 700 56
                                    

Marissa melahirkan bayi kembar laki-laki. Persalinannya berjalan normal. Marissa benar-benar merasakan perasaannya yang membuncah walau pun saat melahirkan dia hanya ditemani oleh Claris. Claris benar-benar membuat rasa lelahnya terbayarkan dengan kata-kata yang Claris bisikan, juga genggaman tangan Claris yang membuat Marissa selalu mendapatkan kekuatan lebih saat melahirkan tadi.

Marissa menatap Claris yang sedang menggendong salah satu bayinya dengan raut wajah yang tidak bisa dideskripsikan. Claris terlihat sama haru sepertinya.

Claris menatap Marissa lalu langsung tersenyum. "Kamu hebat, Sa! Kamu hebat!"

Marissa mengangguk dengan mata yang berkaca-kaca. Lalu Marissa menatap bayinya yang saat ini sedang menyusu padanya. "Ya, aku gak menyesal sama sekali. Aku gak tau kalo aku bodoh dulu buat buang mereka yang gemesin ini. Aku pasti gak bakal ngerasain perasaan bahagia kayak gini kan, Ma?"

Claris mengangguk. Claris tak hentinya mengucap rasa syukurnya. Suara ketukan pintu membuat Claris menghela napasnya.

"Sa, Kevin ada di depan. Kamu gak papa kalo dia masuk?"

Marissa menatap Claris lama. Tapi Claris dapat tahu di mata Marissa ada sedikit ketakutan yang entah apa.

"Aku takut bayi-bayiku diambil, Ma."

Claris tersenyum. "Dia nggak punya hak, Sa. Maaf, tapi bayi-bayi kamu ini di luar hasil pernikahan, memangnya apa yang mau dia harapkan? Sebenernya perjanjian itu nggak ada pun anak kamu bakal tetep jadi milik kamu."

Marissa akhirnya mengangguk dan sedikit lega mendengar ucapan dari Claris. Marissa menatap Claris yang masih menatapnya dengan senyum manisnya itu. "Ya udah, dia boleh masuk."

***

Kevin menatap kedua bayinya dengan perasaan haru. Claris dapat melihat itu. Sedangkan Marissa memilih fokus pada bayi yang masih berada dalam dekapannya.

"Ethan dan Angkasa, ya?"

Claris menatap Marissa yang ternyata langsung menatap Kevin. "Maksudnya?" ucap Marissa dengan kernyitan halus di dahinya.

"Nama mereka."

Marissa mendengus. "Lo pikir lo siapa seenaknya ngasih nama buat anak gue?"

Kevin langsung menatap Marissa yang masih menatapnya tak suka.

Melihat Kevin yang hendak membuka suaranya, Claris lebih dulu berucap, "saya bisa keluar kalau kalian nggak keberatan."

Kevin menatap Claris seolah setuju sedangkan Marissa langsung menolaknya.

"Mama nggak harus keluar dan bukan Mama yang seharusnya ke luar. Di sini aja, temenin aku."

Kevin menatap Marissa lama sebelum akhirnya memilih mengalah.

"Kita harus bicara, Risa."

"Nggak ada yang harus dibicarain lagi, Vin. Gue nggak mau ngomong sama lo lagi."

Kevin menatap Marissa tak percaya. Marissa benar-benar berubah. Tak seperti Marissa yang manja seperti biasanya.

"Kamu tau pasti kalo masih banyak hal yang harus kita omongin, Risa."

"Nggak ada," ucap Marissa dengan menekan. Claris mulai cemas dengan emosi Marissa. "Nggak ada hal apapun lagi yang harus gue omongin sama lo, Kevin. Nggak ada."

Kevin secara tak terduga memberikan bayi yang sedari tadi digendongnya pada Claris lalu menggenggam satu tangan Marissa yang bebas. Marissa menatap Kevin dengan kaget.

"Kenapa kamu jadi kayak gini, Risa? Salah aku apa?"

Marissa memilih diam dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Dia terus mencoba menyentak tangan Kevin yang menggenggam tangannya.

Step MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang