Bagian 42.

5K 438 61
                                    

"Saya Reyn, sepupunya Claris."

Gama menatap pria yang lebih muda beberapa tahun darinya itu dengan pandangan penasaran. Di sisi lain, Gama memang sangat pintar untuk menyembunyikan keterkejutannya.

"Dari mana kamu tau kalo Claris ada di rumah sakit?"

Reyn menatap Gama lama dengan intens. Reyn ingin tahu apa Gama bisa dia percaya. Masalahnya ini menyangkut soal nyawanya juga nyawa Claris kalau sampai rahasia yang dia bawa ini Gama bocorkan.

"Saya tau aja," kata Reyn akhirnya.

Reyn segera mengalihkan diri lalu menuju tempat di mana Claris sedang berbaring. Reyn tidak bisa bertindak sembarangan. Reyn sudah menjaga Claris sejauh ini. Dan dia sama sekali tak ingin Claris kembali dalam bahaya seperti saat orang itu tahu kalau Claris memiliki kekasih.

Begitu berada di salah satu sisi bangkar yang berlawanan dengan Gama, Reyn menjulurkan tangannya untuk mengusap pipi Claris.

"Dokter bilang apa soal Claris? Claris kenapa?"

Gama menghela napasnya. "Kenapa kamu selalu kirim uang ke istri saya?"

Reyn tersenyum, masih tak mengalihkan pandangannya dari Claris. "Ah, untuk soal itu emang mau saya aja. Apa ada yang salah kalau saya kirim uang buat Claris, Pak Gama?"

"Jujur saya gak suka kalau kamu kirim uang buat istri saya."

Reyn mendengus dengan senyum kecil lalu menatap Gama yang ternyata Gama juga sedang mengamatinya.

"Kenapa? Kamu gak suka? Apa kamu cemburu?"

"Saya gak suka kalau Claris merasa dia bisa hidup sendiri tanpa saya, Pak Reyn."

Reyn menggelengkan kepalanya. "Alasan yang gak berdasar mengingat kalian dijodohin, Pak Gama."

"Tapi saya sudah menerima dan memiliki Claris. Jadi saya harap kamu gak lagi ngirimin uang untuk istri saya, Pak Reyn. Saya mohon, tolong dimengerti."

"Dan saya harap Pak Gama juga mau mengerti kalau saya melakukan itu karna saya ingin menjaga Claris."

Gama tersenyum. "Menjaga istri saya? Menjaga dari siapa? Saya suaminya kalau Pak Reyn lupa."

"Melihat gimana Claris bisa ada di rumah sakit sekarang, saya yakin kalau Pak Gama memiliki kesibukan lain sampe gak bisa naruh perhatian penuh pada Claris."

"Maksud Pak Reyn ngomong begitu, apa ya, Pak? Maksudnya Pak Reyn mau bilang kalau saya gak bisa ngejaga istri saya sendiri, begitu?"

Reyn tersenyum. "Saya gak bermaksud begitu, Pak Gama. Maaf kalau perkataan saya membuat Pak Gama tersinggung."

Gama diam saja, mencoba menahan emosinya. Sungguh, Gama tak menyangka kalau sepupu istrinya ini begitu menyebalkan. Padahal saat hari pernikahannya dengan Claris, bahkan Reyn diam saja, sama seperti sepupu Claris yang lain, seolah acara itu bukan apa-apa baginya.

Sedangkan Reyn kembali menatap Claris. "Saya seneng Claris dijodohin sama Pak Gama."

Ya, Reyn bahkan tak henti-hentinya bersyukur karena Claretta tak mau mengikuti perjodohan yang sudah diatur oleh keluarga hingga akhirnya Claris diminta untuk menggantikan Claretta menikahi Gama.

Reyn selama ini hanya bisa menjaga Claris dari jauh, tak sedekat Gama selaku posisinya sebagai suami Claris. Kalau saja dia bisa menjaga Claris sedekat Gama, Reyn tak perlu lagi untuk merasa cemas setiap saat kalau dia tak bisa menjaga Claris secara langsung.

Tapi apakah Gama menjaga Claris dengan baik? Atau, bisakah Gama menjaga Claris dari orang itu?

Ya, sepertinya mulai sekarang Reyn wajib mengawasi bagaimana kondisi Claris saat bersama keluarga suaminya. Karena memang Reyn tadinya percaya pada Gama dan keluarganya, makanya Reyn tak pernah mengawasi Claris sejak Claris menikahi Gama. Hanya sesekali saja kalau dia tahu Claris keluar rumah, entah untuk bertemu dengan Indriani, mau pun membeli sesuatu seperti ke pasar, pusat perbelanjaan, atau ke mini market terdekat. Dan saat tadi saat dia ingin melihat Claris di pusat perbelanjaan, ternyata mobil yang biasa Claris naiki itu sudah mulai meninggalkan pusat perbelanjaan itu.

Step MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang