Selama 2 bulan ini, tingkah anak-anaknya semakin menjadi. Pulang malam dalam keadaan mabuk, kadang tidak pulang, semakin bersikap kasar dan kurangajar padanya, bahkan mereka sudah berani bermain tangan. Lalu mulai mengancam ini-itu, dan membuat pesta yang membuat Claris mencoba untuk tetap bertahan pada situasi itu.
Ponsel Claris berdering dan menampilkan nama Gama yang meneleponnya.
"Ya, Kak?"
Namun tidak ada jawaban di sana. Claris menjauhkan ponselnya untuk melihat apakah masih terhubung dengan Gama. Masih terhubung tapi mengapa Gama hanya diam?
"Halo, Kak?"
"Kamu di mana?"
"Di rumah. Kakak ada perlu?"
"Aku udah di jalan sekarang. Jangan bilang saa anak-anak kalau aku udah pulang."
"Iya. Kamu mau aku masakin sesuatu?"
"Nggak usah. Aku tutup, ya."
Claris hendak menjawab tapi nyatanya panggilan telah terputus. Claris mengangkat bahu tak peduli dan memutuskan untuk mandi sambil menunggu suaminya pulang.
***
"Di mana anak-anak?"
Claris tersentak kaget lalu membalik tubuhnya yang hanya terbalut dengan handuk. Di sana, Gama menatapnya—dengan satu alis terangkat—dari atas sampai bawah seperti menilai dan itu membuatnya sangat gugup.
"Mereka lagi keluar. Cla gak tau ke mana."
Gama mengangguk dan memutuskan untuk keluar dari kamar untuk menghubungi anak-anaknya sebelum akhirnya dia urungkan. Dia ingin tahu apa saja yang telah dilakukan anak-anaknya saat dia tak ada.
Saat Gama masuk kembali, beruntung Claris telah memakai pakaiannya. Karena bagaimana pun juga, dia masihlah seorang laki-laki normal yang bisa saja tergoda. Apalagi sudah lama dia tidak bermain yang tentu 'hal kecil' saja dapat membuat bocah nakalnya bangun.
"Apa aja yang mereka lakuin selama aku nggak ada?"
Claris meletakan sisirnya pada meja rias kemudian menatap Gama yang masih berdiri. "Kayaknya pernikahan ini malah membuat mereka liar, Kak, maaf."
Gama memutuskan untuk duduk di salah satu sisi ranjang mereka dan menggenggam tangan Claris.
"Mereka masih suka clubbing?"
Claris menggigit bibir atasnya sangat menolak menjawab. Belum sempat dia mengalihkan pertanyaan suaminya, suara anak-anaknya yang berteriak membuatnya meringis.
"Heh, cewek sialan! Di mana, lo!"
Gama memejamkan matanya mendengar suara Felly yang berdengung sampai ke kamar mereka. Dia menahan Claris yang akan bangun untuk menghampiri anaknya.
"Kita keluar bareng," katanya membuat Claris pasrah.
***
"Jadi gini sikap kalian, hah?"
Felly, Marissa, Roy, dan Adam terkejut mendapati Gama menatap mereka marah.
"Di mana Nonce?"
"Lagi ada tugas, Kak, sama temen-temennya," jawab Claris membuat Gama mengangguk.
"Elo udah ngadu apa aja, hah!" Roy menggeram marah.
Claris menunduk. Sadar posisi, Cla, harus sadar posisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Mom
General FictionMenikahi pria yang dicintai ialah salah satu kebahagiaan terbesar bagi Claris. Karena terbiasa tidak diterima, Claris tak merasa hidupnya lebih berat saat dia menjalani hidupnya menjadi seorang istri dan ibu sambung dari 5 anak suaminya. Tidak satu...