Bagian 15.

8.9K 705 32
                                    

Claris hanya bisa diam saat Lisa mengusir Gama begitu saja dan menyuruhnya untuk tetap berada di sini.

"Lebih baik kamu renungin dulu apa salah kamu sebelum kamu datang kembali ke sini dan minta maaf. Mama nggak akan buka pintu buat kamu untuk seminggu ke depan, Gama," kata Lisa lalu berlalu begitu saja meninggalkan Gama dan Claris.

Claris akhinya menatap Gama yang juga sedang menatapnya. Gama menatapnya dengan pandangan kosong. Tatapan itu, Claris tahu bahwa ucapan Lisa benar-benar menampar Gama dengan sangat keras.

Gama membuka mulutnya hendak berbicara, tapi malah kembali mengatupkan rahangnya.

"Cla harap Kakak dengerin apa yang Ibu bilang," ucap Claris karena melihat Gama yang seperti ya hendak mengatakan sesuatu. Lebih baik Claris memulai pembicaraan yang sebenarnya canggung ini.

Gama akhirnya menunduk. Ya, bukan kah tidak seharusnya dia bersikap seperti ini? Dulu juga dia menikah dengan Riana saat Riana sudah mengandung Adam. Untuk pertama kalinya, nama baik keluarganya pun disorot. Mulai banyak gosip-gosip yang juga tertuju pada kedua orang tuanya.

"Kamu, bisa ikut aku pulang, Cla?"

Claris menghela napasnya melihat Gama masih menunduk. Claris tahu Gama sedang merasa bersalah. Tapi Claris tak ingin menyemangati Gama begitu saja. Gama harus bisa berpikir lebih dewasa lagi untuk masalah anak-anaknya. Bukan hanya Marissa, Gama masih memiliki 4 anak lainnya yang mungkin sebenarnya sedang memiliki masalah berat lainnya. Ya, kita tidak ada yang tahu, kan? Bukan tidak mungkin anak-anak akan memiliki masalah yang lebih berat ke depannya.

Claris akhirnya memilih menghampiri Gama dan memberanikan diri untuk menyentuh bahu suaminya itu. "Lebih baik Kakak tenangin diri Kakak dulu."

Gama akhirnya mengangkat kepalanya untuk menatap Claris yang memberinya senyum. Gama memilih memeluk Claris dengan erat. Tanpa Gama sadari, Gama kali ini merasa seolah dia akhirnya memiliki tempat untuk bernaung dari kepenatan masalahnya. Air matanya mengalir. Setelah sekian lama, Gama akhirnya bisa kembali mengerti dan tahu untuk bersyukur. Dalam hatinya, Gama benar-benar memuji Tuhan untuk berkat yang diberikan untuknya.

Claris yang tak sempat mengira Gama akan memeluknya seperti ini, akhirnya membalas pelukan erat suaminya itu. Claris tak peduli pada apapun, Claris bahagia. Claris bahagia akhirnya Gama merasa dirinya berguna. Claris menahan rasa harunya, Claris benar-benar ingin berteriak saat ini.

Claris merasakan itu. Merasakan basah pada bahunya. Claris tak pernah berharap lebih, sungguh, dia benar-benar mencintai Gama tanpa mengharapkan apa pun. Tapi melihat sikap Gama yang seperti ini membuat Claris menjadi berharap kalau pada akhirnya Gama bisa membalas perasaannya ini. Memiliki harapan Gama memiliki perasaan yang sama seperti yang dia rasakan.

Claris memejamkan matanya.

Nggak, Cla, jangan memanfaatkan situasi buat kepentingan sendiri. Tolong, jangan mulai berharap.

Claris terus merapalkan itu dalam hatinya. Tidak apa, Claris sudah biasa merasakan sakit seperti tak pernah ada. Dan dia juga benar-benar tak ingin menggantikan posisi siapa pun. Biar dia menjadi Claris yang 'biasa' saja.

***

Adam melihat itu. Melihat bagaimana akhirnya ayahnya itu memeluk Claris. Adam mengernyit begitu merasakan perasaan marah yang seakan membakarnya.

Apalagi melihat Claris membalas pelukan ayahnya itu. Entah mengapa Adam merasa geram sama sekali.

Pikiran-pikiran tentang Claris pun masuk ke dalam kepalanya. Apa jangan-jangan Claris sebenarnya mencintai Gama?

Step MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang