Claris masih setia mengunjungi Roy di rumah sakit tempat Roy direhabilitasi. Tidak, sebenarnya Claris setiap hari selalu menyempatkan dirinya untuk melihat Roy sejak Roy ditempatkan di rumah sakit ini. Dan selama seminggu ini Claris berkunjung, baru kali ini dial melihat Roy dalam kondisi yang 'seperti ini'. Ya, Claris baru saja melihat Roy sakau.
"Sejak kapan pasien seperti ini, Sus?"
Suster itu menatap Claris agak lama. "Sejak Ibu pulang sebenernya pasien sudah mulai meracau dan gelisah, Bu."
"Kenapa tidak menghubungi saya?"
Suster itu berdeham. "Sebenernya kami sudah menghubungi Pak Gama, Bu. Tapi beliau bilang biar kami saja yang menangani pasien."
Claris menatap Roy yang saat ini sedang memeluk dirinya. Tidak, tapi Claris melihat Roy yang dipakaikan pakaian membuat tangannya melilit tubuhnya lalu ada ikatan di belakang tubuh Roy itu.
"Boleh saya masuk, Sus?"
"Boleh kok, Bu. Justru dukungan keluarga sebenernya lebih baik disaat kondisi pasien seperti ini, Bu. Kalo bisa pasien juga diajak bicara ya, Bu."
Claris mengangguk dan berjalan masuk ke kamar inap yang ditempati oleh Roy.
"Saya tinggal gak papa, Bu?"
Claris mengangguk saja. Claris terlalu fokus pada Roy. Kondisinya ini benar-benar membuat hati Claris sakit.
Claris mendekati Roy dengan mata yang berkaca-kaca.
"Roy," katanya lalu menyentuh bahu Roy.
Roy menoleh untuk menatap Claris dengan bibir begetar dan giginya yang bertabrakan.
Claris yang tak dapat menahan air matanya langsung menarik Roy dengan cepat ke dalam pelukannya.
"Sakit," kata Roy dengan lirih.
Claris mengusap punggung Roy dengan air matanya yang masih mengalir deras.
"Sakit..." katanya lagi. "Gue nggak kuat, gue butuh barangnya."
"Kamu kuat, Roy. Kamu harus bisa lewatin ini semua."
Claris dapat merasakan pundaknya basah. Claris tak tahu seberapa sakit yang Roy terima sampai dia menangis dan tak berdaya seperti ini.
"Please.."
Claris mengatupkan rahangnya untuk menahan isakannya.
"Atau gak, tolong lepasin gue.."
Claris menggelengkan kepalanya.
Roy merintih dan mencoba melepaskan dirinya dari pelukan Claris. Roy sekuat tenaga mencoba bangkit karena Claris telah melepaskannya. Mencari benda yang dapat mengalihkan rasa sakitnya dengan mata yang buram, Roy akhirnya memilih untuk kembali berbaring di lantai lalu membenturkan kepalanya dengan keras.
"Sakit.. sakit.."
Claris yang terkejut melihat apa yang dilakukan oleh Roy langsung menaruh tangannya di lantai tempat Roy membenturkan kepalanya. Claris menahan rasa sakit setiap Roy membenturkan kepalanya.
Roy berteriak merasa frustasi akan rasa sakit yang dirasakannya. Memejamkan mata, Roy mulai terisak.
"Tolong.."
Claris kembali memeluk Roy. Keduanya terisak.
"Lebih baik gue mati aja! Gak ada yang perduli juga sama gue, buat apa gue hidup?!"
Claris tetap memeluk Roy. Claris merasa saat ini dia harus diam dan membiarkan Roy mengeluh-kesahkan soal hidupnya dulu.
Sedangkan Roy kembali mencoba memberontak dalam pelukan Claris. "Sakit! Sakit, sakit! Please!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Mom
General FictionMenikahi pria yang dicintai ialah salah satu kebahagiaan terbesar bagi Claris. Karena terbiasa tidak diterima, Claris tak merasa hidupnya lebih berat saat dia menjalani hidupnya menjadi seorang istri dan ibu sambung dari 5 anak suaminya. Tidak satu...