Marissa tersenyum mendengar Gama yang setuju dengannya. Ya, dia berhasil meracuni pikiran Gama agar Gama tidak melepas Claris. Marissa dalam hati berkali-kali meminta maaf pada Claris karena membuat Claris harus terus selalu terjebak dengan Gama walau Marissa tahu kalau Gama belum mencintai Claris. Atau bahkan mungkin takkan bisa?
Sayangnya, Marissa tak peduli akan hal itu. Pun mau nantinya Gama tidak bisa mencintai Claris juga, yang penting Claris tetap menjadi istri ayahnya.
"Jadi Daddy mau mikirin soal saranku itu, kan?" kata Marissa mencoba meyakinkan Gama lagi. "Daddy tau Felly gimana. Kalo Felly terus ada di sekitar Mama, Felly bakal terus nyakitin Mama, Dad. Dan gimana kalo akhirnya Mama milih pergi karna sikap Felly itu?"
Marissa tersentak kaget saat Gama mengelus kepalanya.
"Kamu tenang aja, Sayang. Daddy pastiin Felly gak bakal bisa nyentuh Claris. Daddy janji, Claris bakal terus jadi Mamamu."
Marissa memekik dengan senang dan langsung memeluk Gama dengan erat. "Makasih, Daddy, makasih!"
Gama membalas pelukan Marissa, mengangguk lalu menyeringai. "Kamu nggak perlu berterima kasih, Marissa. Gak perlu."
***
Claris dengan jantung yang berdegub kencang, memilih ikut dengan Adam dan Roy untuk menjemput Marissa. Tadi Gama menghubunginya kalau dia tak bisa mengantar Marissa pulang karena harus kembali ke kantor.
Adam pun bersikap seolah tidak terjadi apapun. Bukan. Bukannya karena dia tak ingat apa yang dia lakukan pada Claris. Tapi Adam merasa kejadian itu hanya merupakan salah satu bunga tidurnya seperti selama ini yang dia rasakan. Mimpi yang sebenarnya cukup sering terjadi.
"Nanti Nonce langsung pulang. Dia udah di jalan. Katanya lo mau nitip sesuatu gak?" kata Roy masih sambil memainkan ponselnya
"Lo mau nitip?" Adam menatap Claris melalui kaca. Claris tersenyum canggung sambil menggelengkan kepalanya.
"Bilang aja suruh bawa makanan. Lo juga belom masak, kan? Tadi Mbak Ery sama Mbak Susi juga udah gue suruh gak usah masak."
Roy mengangguk dan mengirimkan balasan untuk kembarannya itu.
Suasana hening membuat Roy mengernyit. Dia merasa ada yang salah dengan Claris. Karena Claris seperti gelisah sendiri di belakang.
Bahkan Roy bisa mendengar jeritan kecil milik Claris saat akhirnya Claris mengambil ponselnya dan menempelkan ponselnya pada telinga kanannya.
Claris mencoba menahan debaran jantungnya saat mengangkat panggilan dari Gama.
"Ya, Kak?"
"Kamu udah di jalan, kan?"
"Udah. Ini sama Adam sama Roy juga."
Gama terdiam cukup lama sampai akhirnya Gama tersadarkan saat Claris memanggilnya.
"Oh, ya udah. Ini aku harus ke kantor sekarang soalnya. Kalian jangan lama-lama, ya."
Claris mengangguk. "Iya, Kak. Ini kami udah deket kok. Gak papa kalo kamu mau ke kantor sekarang."
Claris dapat mendengar helaan napas milik Gama. "Oke. Jangan lama atau mampir dulu ya, Cla. Marissa udah nanyain kamu terus soalnya."
"Iya, Kak. Gak akan mampir dulu. Langsung ke rumah sakit."
"Oke, aku tutup."
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Mom
General FictionMenikahi pria yang dicintai ialah salah satu kebahagiaan terbesar bagi Claris. Karena terbiasa tidak diterima, Claris tak merasa hidupnya lebih berat saat dia menjalani hidupnya menjadi seorang istri dan ibu sambung dari 5 anak suaminya. Tidak satu...