CHAPTER 55

889 66 11
                                    

Happy Reading🎉

Sejak kejadian dimana Regal menolongnya di kantin waktu itu, Regal semakin menjauh darinya. Bahkan, kerap kali Starla melihat Regal bersama Ghea. Dan itu tentu membuat hatinya panas.

Saat ini, Starla mengemasi alat tulisnya. Setelah itu, dia kemudian keluar dari kelas. Membuka ponselnya, dia mendesah kecewa ketika ponselnya mati. Dia merogoh sakunya, kemudian melotot ketika tidak menemukan uang didalamnya. Kemana uangnya? Apakah dia lupa membawa uang lebih tadi pagi? Lalu, dia harus pulang menggunakan apa?

Starla berdecak, Aulia juga sudah pulang lagi. Dia kemudian melanjutkan perjalanannya. Ketika sampai di parkiran, pandangan Starla mengarah kepada sosok lelaki yang berdiri disamping mobil sambil memainkan ponsel dengan penampilan yang sangat acak-acakan, namun sialnya itu terlihat sangat tampan. Dia Regal.

Starla tersenyum lebar, dengan langkah cepat dia menghampiri Regal. Dia akan meminta Regal untuk mengantarkannya pulang. Semoga saja Regal mau, pikirnya.

"Gal," panggilnya.

Regal mendongak ketika mendengar suara yang sangat familier, dia kemudian memasukkan ponselnya kedalam saku. "Apa?" tanyanya dingin.

Regal sudah cukup jengah dengan mantan kekasihnya yang selalu mencoba mendekatinya itu. Dan itu tentu saja membuat Regal semakin sulit untuk melupakan Starla. Jika kalian tanya apakah Regal masih mencintai Starla, maka jawabannya adalah masih. Bahkan, perasaan Regal tak berubah sedikitpun, Starla masih menempati tahta tertinggi didalam hatinya. Tapi, Regal tidak mau egois. Dia memilih membiarkan Starla mencari kebahagiaannya sendiri, yaitu Rigel bukan dirinya.

Starla tersenyum manis. "Anterin gue pulang, dong!"

Regal berdecak. "Gak."

Starla mencebik kesal, dia menarik-narik ujung seragam Regal yang keluar. "Gal, tolong kali ini aja. Hp gue mati, uang saku gue juga udah habis. Gue nggak tau harus pulang pake apa."

"Gue---"

"Gal, jadi pulang bareng?"

Ucapan Regal terpotong ketika Ghea datang dan langsung memberinya pertanyaan itu. Starla menoleh kearah Ghea dengan tatapan kesal. Jadi, Regal nggak mau nganterin gue pulang gara-gara mau pulang sama Ghea? Batinnya.

Regal mengangguk, "jadi. Ayo, gue anterin pulang!"

Regal membukakan pintu untuk Ghea. Dengan senang hati Ghea masuk kedalam mobil. Ghea kemudian menatap Starla yang masih terdiam ditempatnya.

"Mau pulang bareng nggak, La?" tawar Ghea.

"Iy---"

"Nggak, dia pulang sendiri," sela Regal sambil melirik Starla sinis.

Starla mengatupkan mulutnya kembali. Dia menatap Regal dengan perasaan kecewa. Lalu, dia mengangguk dengan senyum kecutnya.

"Gue pulang sendiri." Starla kemudian beranjak pergi, dia mengusap air matanya yang terjatuh setelah jaraknya lumayan jauh dengan Regal.

"Dia laki-laki yang dulu mencintai ku dengan sangat tulusnya. Namun, aku sia-siakan keberadaannya karena ketidakpuasan ku dan segala ambisi ku tentang laki-laki lain yang lebih darinya. Padahal kenyataannya dialah yang terhebat," gumam Starla miris. "Teruntuk kamu yang hatinya pernah aku patahkan, diamlah! Aku sedang menerima karmanya."

🍂🍂🍂

Ketika diperjalanan menuju rumahnya, hujan turun sangat deras. Regal berdecak, pikirannya langsung menjalar ke Starla. Apakah dia sudah pulang? Tapi, naik apa? Regal menghela nafas, mencoba untuk tidak peduli lagi dengan Starla.

Hingga ketika suara petir terdengar sangat keras, Regal mengumpat pelan. Dengan cepat dia putar balik menuju ke sekolah. Dia khawatir dengan Starla, dia sadar jika penolakannya tadi membuat Starla sakit hati. Apalagi dia juga melihat ketika Starla mengusap air matanya tadi.

"Lagi dan lagi, gue nggak bisa buat nggak peduli sama lo," gumam Regal.

Setelah sampai di sekolah, Regal tak menemukan Starla disana. Dia kemudian mencari Starla. Hingga pandangannya tak sengaja melihat kearah halte yang terdapat seorang perempuan yang sedang menutup kedua telinganya sambil menunduk. Regal sangat yakin itu adalah Starla, karena dilihat dari seragam dan tasnya itu adalah milik Starla.

Dia kemudian menepikan mobilnya, lalu dia keluar dari mobil setelah mengambil payung di dashboard mobilnya. Dia kemudian berjalan menghampiri Starla.

"Ayo, gue anterin pulang!"

Starla mendongak dengan air mata yang bercucuran, dia kemudian berdiri dan langsung memeluk Regal erat. "Regal, gue takut!" bisiknya sesenggukan.

Regal terpaku ketika Starla tiba-tiba memeluknya, dia kemudian membalas pelukan Starla. Dia memejamkan matanya merasakan pelukan yang sudah lama tidak dia dapatkan. Regal kemudian mengelus rambut Starla lembut. "Nggak usah takut, ada gue," bisiknya.

Starla terisak, dia meremat seragam Regal. "Regal, tolong jangan tinggalin gue. Gue udah nggak punya siapa-siapa lagi selain, lo!"

Regal tercekat, dia memejamkan matanya ketika tiba-tiba merasakan sesak di dada-nya. "Ayo, gue anterin pulang!" ucapnya parau, memilih untuk mengabaikan ucapan Starla barusan.

Starla melepaskan pelukannya, dia kemudian menatap Regal dengan air mata yang masih mengalir deras. "Maafin gue, Gal."

Regal mengusap air mata Starla. "Nggak usah minta maaf, yang lalu biarlah berlalu. Jangan nangis, gue nggak suka."

Starla menahan nafasnya ketika mendapat elusan lembut dari Regal. Dalam hati dia mengutuk dirinya yang sangat bodoh menyia-nyiakan lelaki sebaik Regal. Ingin sekali dia memutar waktu untuk mendapatkan cinta Regal yang tulus kepadanya lagi. Namun, dia sadar itu tidak mungkin. Regal tidak akan pernah mau bersamanya lagi.

Starla tiba-tiba teringat cita-cita Regal waktu itu. "Gal, cita-cita lo nikahin gue 'kan?"

Regal terdiam sejenak, dia kemudian menghela nafasnya. "La, nggak usah dibahas."

"Gal, ayo nikahin gue! Gue cinta sama lo, lo juga masih cinta sama gue 'kan?" ujar Starla.

Regal melotot tajam kearah Starla. "Lo gila?!"

"Iya, gue gila karena lo!" jawab Starla.

Regal mengacak rambutnya, frustasi. "La ... kalo kita emang jodoh, sejauh apapun gue berlari, pasti bakalan balik sama lo."

Starla mati-matian menahan sesak di dada-nya. "Kenapa, Gal? Kenapa kita nggak bisa bersatu lagi?" lirihnya.

Regal mengusap wajahnya kasar, dia kemudian memegang bahu Starla. "Jika kita nggak bisa bersatu, biarkan semua berjalan sesuai versi-Nya. Meski pada akhirnya kita nggak bisa bersatu, setidaknya semesta pernah menjadi saksi bisu bahwa gue pernah memiliki lo."

Regal terdiam setelah sadar apa yang dia ucapkan, dia kemudaian menggelengkan kepalanya. Ucapannya semakin ngawur saja, pikirnya. "Ayo, gue anterin pulang!"

Regal merangkul bahu Starla, kemudian mereka berjalan menuju mobil dengan Regal yang memegang payungnya.

Setelah itu, Regal kemudian mengantarkan Starla pulang. Starla bersyukur, Regal masih peduli terhadapnya. Regal, lelaki yang pernah dia kecewakan, namun selalu ada untuknya. Terima kasih Regal!

🍂🍂🍂

SEE YOU NEXT PART👋🏻
JANGAN LUPA VOMENT😊

~Salam dari istri sah Bright Vachirawit✌🏻😁

REGAL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang