Happy Reading🎉
"Bagaimana keadaan Rigel, Dok?"
Pertanyaan itu langsung Regal tujukan kepada dokter yang telah memeriksa Rigel. Dokter Rion namanya.
Dokter Rion menghela nafas, dia menatap Lusi yang menangis di dekapan Dewa. "Penyakit gagal ginjal Rigel sudah parah, sudah memasuki stadium 5. Rigel harus segera mendapatkan donor ginjal."
Regal terpaku. Sedangkan, Lusi semakim terisak hebat dipelukan Dewa yang tengah menahan air matanya agar tidak menetes.
"Saya permisi dulu," pamit Dokter Rian sebelum melenggang pergi menuju ruangannya.
Tubuh Regal terasa lemas mendengar itu. Apalagi mencari pendonor ginjal itu tidaklah mudah. Apa yang bisa dia lakukan?
Memang selama ini Rigel menderita penyakit gagal ginjal. Ginjal sebelah kiri Rigel sudah tidak berfungsi dengan baik sejak 6 tahun yang lalu. Rigel selama ini bergantung kepada obat-obatan dan cuci darah setiap bulannya agar bisa tetap hidup.
Regal mengusap wajahnya kasar, dia kemudian menatap kedua orang tuanya yang sama kacaunya dengan dirinya.
"Regal, mau nyari pendonor dulu buat Rigel, Ma, Pa."
Regal beranjak pergi setelah mendapat anggukan dari Dewa. Setelah jaraknya jauh dari kedua orang tuanya dia mengeluarkan ponselnya dan menelepon Doni.
"Halo, ada apa, Gal?"
"Don ... ada pendonor ginjal nggak, Don?"
"Susah bro, kalau cari pendonor! Apalagi ini mendadak," sahut Gio yang ternyata berada di apartemen Doni.
Regal memejamkan matanya sambil mengepalkan tangannya hingga buku-buku jarinya memutih. Baru saja dia merasakan kebahagiaan, kenapa Tuhan memberikan cobaan kepadanya lagi?
"Emang kenapa, Gal?"
"Rigel parah, dia harus segera dapat pendonor."
Tanpa menunggu jawaban Doni, Regal segera memutuskan sambungan teleponnya secara sepihak. Dia mengusap air mata yang menetes dipipinya.
"Gue harus donorin ginjal gue buat Rigel, gue nggak peduli kalaupun gue yang mati." Regal memasukkan ponselnya kedalam sakunya. Dia kemudian berlari menuju ruangan Dokter Rion.
Tok! Tok! Tok!
"Ya, Masuk!" sahut Dokter Rion dari dalam.
Regal membuka pintunya, dan langsung masuk kedalamnya. "Assalamualaikum, Dok."
Dokter Rion mendongak, kemudian tersenyum ramah. "Wa'alaikumsalam. Silahkan duduk, Regal. Ada apa?"
Regal duduk dihadapan Dokter Rion, dia kemudian langsung mengatakan tujuannya kesini.
"Saya mau mendonorkan ginjal saja buat Rigel, Dok."
Dokter Rian membelalakkan matanya, dia menatap Regal yak menyangka. "Regal ... hidup dengan satu ginjal bukan lah perkara yang bagus. Apakah kamu siap menerima segala risiko-nya?"
Regal berpikir sejenak, kemudian dia mengangguk. "Saya terima segala risiko-nya, Dok. Asalkan adek saya bisa sembuh."
Dokter Rion mengangguk. "Kamu umur berapa Regal? Karena pendonor yang bisa mendonorkan ginjalnya minimal berusia 18 tahun."
"Saya berumur 18 tahun, Dok. Mau 19 tahun," jawab Regal.
Dokter Rion mengangguk. "Baiklah, tapi sebelum itu kita periksa kesehatan kamu dulu."
Regal mengangguk. "Tolong dokter jangan kasih tahu keluarga saya jika saya yang mendonorkan ginjal saya untuk Rigel, Dok."
Dokter Rion mengerutkan keningnya, bingung. "Emang kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
REGAL [END]
Teen Fiction[TAHAP REVISI] "Dia laki-laki yang dulu mencintai ku dengan sangat tulusnya. Namun, aku sia-siakan keberadaannya karena ketidakpuasan ku dan segala ambisi ku tentang laki-laki lain yang lebih darinya. Padahal kenyataannya dialah yang terhebat." -Sta...