CHAPTER 63

1.1K 73 1
                                    

Happy Reading🎉

Regal turun untuk berangkat ke sekolah, dari atas tangga dia bisa melihat keluarganya sedang bercanda tawa. Dia tersenyum tipis melihatnya. Ingin rasanya bergabung dengan mereka, namun ... apakah mungkin?

Dengan langkah tergesa dia menuruni tangga, namun ketika sampai di tangga terakhir suara sang mama menghentikan langkahnya.

"Sayang, ayo sarapan dulu, Nak."

Regal terpaku. Apakah itu ditujukan kepadanya?

"Ayo, Gal. Sarapan dulu sebelum berangkat ke sekolah," sambung Dewa.

Benar, dia yang dimaksud. Tunggu-tunggu, ini bukan mimpi 'kan? Namun, jika ini memanglah mimpi, jangan pernah bangunkan Regal.

Dengan gerakan kaku Regal menoleh kearah ruang makan, disana dia melihat senyuman hangat mamanya dan Rigel. Sedangkan, papanya melambaikan tangannya kepada Regal mengisyaratkan untuk Regal bergabung dengan mereka.

Mata Regal memanas, dia mengerjapkan matanya berkali-kali agar tidak menangis. Tenggorokannya tercekat, dia speechless. Akhirnya, impiannya selama ini bisa terkabulkan. Walaupun hanya sarapan bersama, setidaknya dia merasa masih dianggap keluarga, bukan?

"Gal, ayo sini!"

Ucapan Rigel menyentak lamunannya, dia meneguk ludahnya kasar. Setelah itu dia berjalan dengan pelan menuju ruang makan, dia lemas. Lebih tepatnya tak menyangka keinginannya selama ini bisa terwujud. Bahkan dia hampir saja terjatuh jika tidak berpegangan dengan kursi. Dia kemudian duduk disamping Rigel. Tiba-tiba Lusi berdiri disampingnya untuk mengambilkannya nasi.

"Mau lauk sama apa, Nak?" tanya Lusi setelah dia mengambilkan Regal nasi.

Lagi, Regal hanya bisa terdiam. Bingung mau berkata apa, lidahnya terasa kelu untuk berbicara. Lusi yang melihat itu hanya tersenyum maklum, dia paham jika Regal masih tidak menyangka tiba-tiba mereka berubah. Dewa dan Lusi sepakat untuk tidak pilih kasih terhadap kedua anaknya. Sebisa mungkin mereka membagi kasih sayang mereka secara rata.

"Mau sama ayam?" tanya Lusi, lagi.

Regal mengangguk kaku.

"Sayur, mau?"

Regal menggeleng. "Sama ayam aja," jawabnya parau.

Lusi mengangguk, dia tersenyum hangat kemudian menaruh piring berisikan nasi itu dihadapan Regal.

"Dimakan, kalau kurang nambah lagi." Lusi mengusap rambut Regal lembut.

Lagi dan lagi, Regal hanya bisa mengangguk kaku. Kemudian, Lusi mulai mengambilkan nasi untuk Rigel dan Dewa. Setelah itu, mereka sarapan dengan khidmat.

Disaat seperti ini, Regal benci dengan dirinya yang cengeng, dimana dia makan sambil menahan tangis. Kalian bisa merasakan rasanya 'kan? Rasanya tuh nggak enak banget.

"Regal," panggil Dewa.

"Apa?" jawab Regal tanpa mendongak, dia takut semua melihat wajahnya yang memerah menahan tangis. Dia tetap melanjutkan makannya.

"Papa sama mama minta maaf atas perlakuan kita selama ini sama kamu."

Saat itu juga Regal tersedak makanan yang dimakannya. Dia terbatuk sembari menepuk dada-nya berulang kali. Lusi yang panik pun segera memberikan Regal air putih.

"Pelan-pelan makannya," tutur Lusi.

Regal meminum air itu, setelah rasa sesaknya menghilang dia mengusap bibirnya kasar. Dia tidak salah dengar 'kan? Papa dan mamanya meminta maaf kepadanya? Rasanya Regal ingin menangis saja. Persetan dengan dia laki-laki, menangis hal yang wajar bukan? Menangis bukan berarti lemah, tidak ada larangan juga jika laki-laki dilarang menangis.

REGAL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang