CHAPTER 22

833 83 0
                                    

Happy Reading🎉

Regal dan kedua sahabatnya kini sedang berada di kantin, mereka sarapan dengan lahap menghiraukan bel yang sudah berbunyi sejak 5 menit yang lalu.

"Gue kemarin ke supermarket," ucap Gio tiba-tiba, dia mengelap bibirnya menggunakan tisu selesai makan.

"Terus?" tanya Doni.

"Gue kaget liat anak kecil yang nangis sambil di marahin emaknya karena anak itu minta di beliin es krim, tapi emaknya nggak mau beliin es krim. Kasian banget, kan?" ujar Gio, bercerita.

"Kasian sih, masa minta es krim aja di marahin. Terus-terus gimana kelanjutannya, Gi?" tanya Regal, penasaran.

"Terus dengan penuh rasa iba, lalu gue beli es krim," Gio menjeda ucapannya, di dalam hati Regal dan Doni berpikir mungkin Gio membelikan anak itu es krim. Tapi malah—

"Dan gue makan di depan anak itu," lanjut Gio.

Regal dan Doni menyesal telah berpikir bahwa Gio akan membelikan anak itu es krim, Gio memanglah kampret. Regal dan Doni diam-diam membayangkan wajah Gio yang menjengkelkan ketika memakan es krim di depan anak itu, mungkin jika mereka jadi anak itu, mereka akan menimpuk wajah Gio —yang menjengkelkan— pakai sandal saat itu juga.

Regal menonyor kepala Gio. "Ga ada akhlak!?"

Gio tertawa.

"Ayo ke kelas, udah telat 10 menit," ucap Doni.

Mereka mengangguk, kemudian mereka berjalan mengendap-endap menuju kelas mereka agar tidak ketahuan guru, terutama Pak Yuda.

"Aman gak?" tanya Regal kepada Doni yang sedang mengintip keberadaan Pak Yuda, namun tak ada.

Doni mengangguk. "Aman."

Lalu Gio merasakan ada yang menjawil pundaknya. "Diem, jangan colek-colek gue. Najis, Gal!" ucapnya tanpa menoleh.

"Lagi apa?"

Gio memutar bola matanya malas. "Kan kita lagi ngumpet, supaya nggak ketahuan PakYu kalau kita telat masuk kelas, Gal."

Gio berpikir bahwa itu adalah Regal, dia tak menyadari jika Regal berada di depannya.

"Oh, gitu."

Gio mengangguk, kemudian dia memandang tas di depannya. "Kok kayak tas Regal," gumamnya.

Dia kemudian menepuk pundak orang di depannya itu. "Woy," bisiknya.

"Apaan, sih?!" kesal Regal.

Gio melotot, kalau di depannya ini adalah Regal, terus di belakangnya tadi siapa?

Dia meneguk ludahnya susah payah, kemudian dengan pelan dia menoleh ke belakang, dan terkejut hampir terjungkal melihat Pak Yuda yang ada disana sambil tersenyum devil, tak lupa juga tongkat baseball yang dia bawa di pundaknya.

"Eh Ya Allah, kaget gue!" pekik Gio, yang membuat Regal dan Doni menoleh dan saat itu juga mereka juga sama terkejutnya.

"Kalian terlambat lagi?!" tanya Pak Yuda garang.

Doni menggeleng sambil mengibaskan tangannya. "Nggak pak, kita udah nyampe dari tadi."

Gio mengangguk. "Iya pak, kita tadi cuman sarapan di kantin kok, makanya telat. Doni berani sumpah pak!"

"Kok gue?" tanya Doni bingung karena namanya yang dibawa-bawa.

"Ya kalau nanti ada geledek, biar lo yang di sambar geledeknya," ucap Gio.

Doni melotot, "anak ngen!"

Pak Yuda menatap Regal. "Benar itu Regal?"

Regal mengangguk. "Iya pak, kita tadi sarapan ke kantin dulu. Kalau nggak percaya, tanya aja sama mang Asep!"

REGAL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang