CHAPTER 40

856 63 4
                                    

Happy Reading🎉

Hari ini Regal dan Starla akan pergi ke panti asuhan. Regal bangun pukul 7 pagi. Dia mengetikkan pesan untuk Starla terlebih dahulu, kemudian dia langsung mandi.

30 menit kemudian, Regal sudah selesai bersiap-siap. Dia menuju ke dapur untuk mengisi perutnya, yang sedari tadi sudah berbunyi karena lapar.

Sesampainya di dapur, dia terkejut dengan keberadaan mamanya yang sedang memasak dengan Bi Ima. Dia kemudian memilih bersembunyi di samping kulkas, mendengarkan obrolan mamanya dan Bi Ima.

"Rigel sekarang keadaanya semakin menghawatirkan, Bi," ucap Lusi, sendu.

Bi Ima terlihat memasukkan sayuran kedalam panci, "apa nggak ada pendonor buat Nak Rigel, Nyonya?"

Lusi yang sedang memotong bawang itu menggeleng lemah, "sampai sekarang belum ada pendonor buat Rigel. Waktu itu ada, sih, tapi nggak cocok.

"Sebulan lalu, dokter bilang kalo Rigel nggak cepet dapat pendonor, kondisi Rigel akan semakin memburuk. Sekarang terbukti, dia sering demam, muntah, bahkan mimisan," lanjut Lusi.

"Sabar, Nyonya. Nak Rigel pasti sembuh," ujar Bi Ima.

Hati Regal bagaikan ditusuk ribuan jarum mendengar ucapan mamanya. Jadi, selama ini dia bersenang-senang diatas penderitaan saudara kembarnya yang berjuang untuk sembuh. Dia memejamkan matanya sembari memukul dada-nya yang terasa sesak itu, dia merasa gagal menjadi seorang kakak. Namun, apa yang bisa ia perbuat?

Regal kemudian keluar dari tempat persembunyiannya, dia membuka kulkas, lalu mengambil dua lembar roti tawar.

"Mau kemana, Nak? Kok pagi-pagi udah rapi banget?" tanya Bi Ima.

Regal berjalan menuju meja makan yang tak jauh dari dapur, "mau ke panti, Bi."

"Nggak mau sarapan sama nasi? Nanti laper loh, kalo sarapan sama roti doang."

Regal mengoleskan selai nanas ke rotinya. "Nggak, Bi. Sama roti aja udah."

Regal memandang punggung mamanya yang membelakanginya dengan sendu. Rasanya dia ingin sekali yang berbicara tadi itu mamanya, bukan Bi Ima.

Regal menghela nafas, kemudian dia duduk dan mulai memakan rotinya. Setelah selesai, dia meminum air.

Kemudian, Regal segera berjalan ke garasi setelah berpamitan dengan mamanya dan Bi Ima, yang tentunya tak dihiraukan oleh sang mama. Namun tepat di ruang keluarga, dia menghentikan langkahnya ketika mendengar suara sang papa.

"Mau kemana?" tanya Dewa, dingin. Dia duduk di sofa sambil membaca koran.

"Pergi," jawab Regal tak kalah dingin.

Dewa melipat korannya kemudian melepas kacamatanya, "pergi kemana?"

"Tempat yang bikin Regal bahagia," jawab Regal sinis. Dia kemudian melanjutkan jalannya menuju ke garasi, tanpa menunggu ucapan dari sang papa, lagi.

Dewa hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Regal. Anak itu sangat susah diatur, pikirnya.

Regal segera mengendarai ninja hitamnya menuju apartemen Starla.

🍂🍂🍂

Tok! Tok! Tok!

"Assalamualaikum, Bunda," ucap Regal dan Starla serempak.

Tak lama kemudian pintu terbuka dan munculah Dewi dengan senyum manisnya. "Wa'alaikumsalam, ayo masuk!"

Regal dan Starla kemudian masuk kedalam panti dan disambut teriakan anak-anak panti.

REGAL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang