Happy Reading🎉
Regal memarkirkan motornya di garasi. Dia tak sabar memperlihatkan piala kemenangannya kepada mama dan papanya. Setelah itu, dengan membawa piala ditangan kanannya, Regal masuk kedalam rumahnya.
"MAMA, PAPA!!!" teriaknya.
Regal kemudian menghentikan langkahnya ketika sampai di ruang keluarga, disana dia melihat Rigel duduk diantara mama dan papanya sambil membawa piala juga. Mungkin Rigel juga berhasil memenangkan perlombaannya, pikirnya.
Regal berjalan mendekat, dia duduk di sofa dekat Dewa.
"Ma, Pa, Regal juara satu!" ucap Regal sambil tersenyum lebar.
Dewa dan lusi menatap Regal remeh. "Halah, palingan juga piala bohongan!" ketus Dewa.
Regal seketika melunturkan senyumnya, dia menatap pialanya nanar. "Tapi ini piala hasil lomba Regal, Pa. Regal juara satu lomba karate," lirihnya.
"Sampai kapan pun, kamu itu nggak bisa menandingi Rigel. Lihat, adek kamu dapat juara 1 lomba IPA, pinter 'kan dia," sahut Lusi.
Rigel menatap kedua orang tuanya tak terima. "Ma, Pa, jangan kayak gitu. Regal emang beneran lomba karate kok hari ini," belanya.
"Halah, anak berandalan kayak dia, nggak bakalan mungkin di tunjuk sebagai perwakilan sekolah," cibir Dewa.
"Nah, kerjaannya aja cuma keluyuran, apa yang bisa dibanggakan dari kamu, Regal? Nggak ada," ketus Lusi.
"Kamu itu jauh dibawah Rigel, kamu contoh adek kamu itu. Dia nggak pernah keluyuran, pinter, nurut kalo di omongin. Berbanding terbalik sama kamu," lanjutnya.
Regal menggeram, jika tahu respon kedua orang tuanya seperti ini, dia tak akan mungkin memberitahukan kemenangannya, sama seperti tahun-tahun sebelumnya saja, dia simpan dan tak diketahui oleh orang tuanya.
Regal menatap kedua orang tuanya dengan mata memerah, menahan tangis. "Regal nggak suka dibanding-bandingin, Regal ya Regal, Rigel ya Rigel. Kita nggak bakalan bisa sama."
"Emang pantes kamu dibanding-bandingin, orang kamu nggak bisa banggain mama sama papa," jawab Dewa.
"Keluyuran terus, sih. Apa yang bisa dibanggain?" cibir Lusi.
"Mama sama papa cuma nyimpulin kalau Regal keluyuran aja, tanpa tau alasan Regal apa!" desis Regal.
"Apa alasan kamu? Apa?!" sentak Dewa.
"Regal nyari kebahagiaan yang nggak Regal dapetin di rumah ini, Ma, Pa. Regal iri lihat Rigel dapet kasih sayang kalian, sementara Regal enggak," teriak Regal dengan nafas yang memburu.
"Kamu tau kalau adek kamu sakit, kamu harusnya nggak iri Regal. Kamu beruntung bisa hidup sehat," sahut Lusi tak terima.
"Apa Regal harus sakit dulu biar bisa disayang, diperhatiin mama sama papa?" tanya Regal sambil mengeka kasar air mata yang turun dipipinya.
Dewa dan Lusi terdiam, seperti kehabisan kata-kata.
"Nggak 'kan? Setiap Regal sakit, mama sama papa nggak pernah peduli sama Regal, mama sama papa selalu bersiap bodo amat sama Regal. Regal ngerasa kalau Regal nggak berguna di rumah ini," pekik Regal.
"Jaga ucapan kamu, Regal!?" bentak Dewa.
Regal tertawa keras, tapi tawa itu terdengar penuh akan luka. "Kenapa? Bener 'kan ucapan Regal? Regal nggak berguna dirumah ini. Asal kalian tau, Regal ngerasa kayak orang asing dirumah ini, nggak dianggap!"
"Regal kadang mikir, apa salah Regal sampai kalian giniin Regal?" lirih Regal dengan bahu yang merosot.
"Kamu tanya salah kamu? Kamu itu nggak pernah bisa dibanggain, Regal. Kamu itu bisanya cuma malu-maluin," jawab Lusi kejam.
KAMU SEDANG MEMBACA
REGAL [END]
Teen Fiction[TAHAP REVISI] "Dia laki-laki yang dulu mencintai ku dengan sangat tulusnya. Namun, aku sia-siakan keberadaannya karena ketidakpuasan ku dan segala ambisi ku tentang laki-laki lain yang lebih darinya. Padahal kenyataannya dialah yang terhebat." -Sta...