Happy Reading🎉
Delapan bulan sudah semenjak kepergian Regal, selama itu juga Starla mengalami depresi. Dia kerap kali menyakiti dirinya sendiri, bahkan lebih parahnya dia hampir bunuh diri jika tidak ditolong oleh Ezra. Ya, Ezra sekarang menjaga Starla, sesuai permintaan terakhir almarhum Regal kala itu.
Hari ini adalah hari yang paling ditunggu anak-anak kelas 12 SMA Mandala. Hari ini mereka akan mendengar pengumuman lulus atau tidaknya mereka. Semua sudah berbaris dilapangan dengan jantung yang berdebar kencang ketika kepala sekolah mulai mengumumkan kelulusan tersebut.
" ... Dengan ini, saya selaku kepala sekolah menyatakan jika kelas 12 tahun ajaran 2018/2019 ini," Kepala sekolah itu menjeda ucapannya. "100% LULUS!!!"
Semua bersorak bahagia, saling berpelukan dengan teman mereka masing-masing. Lalu, para perempuan mengeluarkan spidol dan para laki-laki mengeluarkan pilox yang sudah mereka persiapkan tadi.
Mereka mulai menyoret-nyoret seragam mereka dengan tanda tangan maupun mewarnai seragam mereka menggunakan pilox.
Di suasana yang ramai ini, yang Starla rasakan hanyalah kehampaan. Air matanya kembali menetes mengingat Regal. Mantan kekasihnya yang sudah kembali ke pangkuan Tuhan delapan bulan lalu.
"Regal," gumam Starla parau. "Andai aja lo ngga nolongin gue waktu itu, lo masih hidup sekarang."
Kemudian pandangan Starla tertuju kepada gerombolan anak The Brandals yang sedang sibuk menyoret-nyoret seragam satu sama lain. "Mungkin ... lo masih bisa ngerasain kelulusan ini, lo masih bisa kumpul sama sahabat-sahabat lo ... disana. Lo bakalan mimpin kita buat konvoi nanti, Gal. Tapi, itu semua hanya khayalan gue semata."
Starla menangis. Setiap ingat Regal, ia tak bisa menahan air matanya untuk tidak mengalir. "Gue cinta sama lo, Gal. Lo kenapa tega ninggalin gue?"
Tiba-tiba ada yang menepuk pundak Starla yang membuat gadis itu terkejut dan langsung mengusap kasar air matanya. Dilihatnya pelaku yang telah mengagetkannya yang tak lain adalah Rigel itu.
"Minta tanda tangan lo," ucap Rigel sambil berdiri membelakangi Starla. Dia tahu Starla menangis tadi, dan ia sudah tahu persis apa penyebabnya. Dia tak ingin membahasnya, ia ingin mengalihkan perhatian Starla saja agar tidak terlalu larut dalam kesedihan.
Starla mengangguk dengan senyum tipisnya, dia mulai menorehkan tanda tangan dengan spidol miliknya ke punggung seragam Rigel. Setelah selesai, kini gantian Rigel yang menorehkan tanda tangan di seragam Starla.
"La ... udah, ya?" pinta Rigel.
Starla memalingkan wajahnya, dia tahu kemana arah pembicaraan Rigel saat ini.
"Dia udah tenang dialam sana, tolong ikhlasin dia, oke?" kata Dia yang dimaksud Rigel itu adalah Regal.
Starla mati-matian menahan air matanya agar tidak tumpah. Dia menggigit bibir bawahnya menahan isakan yang akan lolos.
"Nggak semudah yang lo pikirkan, Gel," ujar Starla parau.
Rigel menghela nafas. "Gue tau itu nggak mudah. Tapi, lo nggak boleh terus-terusan larut dalam kesedihan, La. Lo berhak bahagia, bukannya Regal pernah bilang kalo dia pengen lo selalu bahagia? Iya 'kan?"
"Sebisa mungkin aku buat kamu bahagia ketika sama aku, biar kamu nggak bosen sama aku dan cari pengganti aku. Bahagia terus, cantik ku."
Suara Regal selalu mengalun merdu didalam ingatannya. Kenangan bersana Regal tak akan pernah bisa terlupa dari ingatannya.
"Kebahagiaan gue itu Regal. Kalo Regal pergi, otomatis kebahagiaan gue hancur. Gue udah ngga ada gunanya hidup, gue pengen ikut Regal aja." Air mata yang sedari tadi Starla tahan, kini meluncur dipipinya. Apapun yang berhubungan dengan Regal membuatnya sensitif.
KAMU SEDANG MEMBACA
REGAL [END]
Teen Fiction[TAHAP REVISI] "Dia laki-laki yang dulu mencintai ku dengan sangat tulusnya. Namun, aku sia-siakan keberadaannya karena ketidakpuasan ku dan segala ambisi ku tentang laki-laki lain yang lebih darinya. Padahal kenyataannya dialah yang terhebat." -Sta...