CHAPTER 62

1.1K 79 2
                                    

Happy Reading🎉

Regal tidak pernah menemukan kebahagiaan selain bersama Starla. Jika ditanya apakah dia merasa kehilangan Starla, maka Regal akan menjawab dengan keras bahwa dia sangat amat kehilangan sosok Starla. Baginya, kehilangan Starla sama dengan kehilangan kebahagiaannya. Dia kecewa? Tentu saja. Tapi, dia tidak akan mungkin bisa membenci seseorang yang pernah mewarnai harinya, dulu.

Regal mengusap wajahnya kasar, dia lelah dengan semuanya. Akhir-akhir ini dia menghindari Starla. Alasannya cukup simpel, yaitu dia ingin move on dari Starla. Tapi, bohong jika dia bilang tidak merindukan Starla. Nyatanya, dia sangat merindukan mantan kekasihnya itu, seseorang yang dulunya menjadi alasannya tersenyum.

Regal rindu momen-momen kebersamaannya dengan Starla, Regal ingin mengulanginya lagi. Namun, mengingat keadaan sekarang, mustahil jika mereka seperti itu lagi. Memang benar, seseorang dengan hati yang terlalu baik, biasanya kurang beruntung dalam hubungan. Sama hal-nya dengan Regal, dia terlalu perhatian, sayang, dan cinta terhadap Starla, tanpa memikirkan jika Starla tidak suka kepadanya.

Regal menatap langit yang bertaburan bintang. Dia tersenyum tipis ketika bayangan Starla muncul dikepalanya.

"Bagaimana kabar mu sekarang, cantik? Apakah kamu baik-baik saja? Nggak telat makan 'kan? Semoga saja Tuhan senantiasa memberimu kebahagiaan," gumamnya.

"Terima kasih telah hadir, terima kasih telah singgah dan tinggal,
terima kasih juga telah meninggalkan. Takdir yang bermain, aku yang jalan.
Aku juga yang kalah," lanjutnya sambil terkekeh pelan. Dia kemudian menyesap sebatang rokok yang terselip dijarinya.

Disisi lain diwaktu yang bersamaan, Starla duduk didekat jendela. Memandangi langit, sambil mengenang masa-masa disaat dia masih menjadi pacar Regal. Masa dimana dia di istimewakan seperti seorang ratu.

Tak terasa air matanya mengalir, dia sangat menyesal telah menyia-nyiakan orang sebaik Regal. Jujur, dia sangat sedih melihat Regal yang akhir-akhir ini selalu menghindarinya.

"Bagaimana kabar mu, ganteng? Kamu kemana? Dari kemarin aku jarang makan, ayo balik! Marahin aku lagi," ucap Starla sambil terisak hebat.

Dia menutup wajahnya dengan telapak tangannya. Hatinya seperti di tusuk ribuan jarum, air matanya pun tak berhenti untuk menetes. "Ternyata, sesayang ini 'kah aku sama kamu? Sampai buat ngucap kata ikhlas aja, aku harus nangis dulu."

Starla terkekeh miris.

"Dulu, kamu selalu larang aku begadang. Sekarang kamu larang siapa, ya?"

"Dulu, kamu selalu marah kalau aku telat makan. Sekarang kamu marahin siapa, ya?"

Starla tersenyum kecut ketika ingatan-ingatan kebersamaannya dengan Regal berputar dipikirannya.

"Tolong omongin ke Starla dong, Bun!"

Starla dan Dewi mengerutkan kening, bingung. "Omongin apa?" tanya Dewi.

"Omongin gini, bisa nggak sih jangan makin cantik. Kan Regal jadi tambah cinta!"

---

"Tuhan baik banget ya, La," ia menjeda ucapannya sejenak. "Aku pengen bahagia, eh dikasihnya lewat kamu."

---

"Enak?" Tanya Regal.

"Enak banget, udah lumayan lama aku nggak makan lava cake!" ujar Starla, masih sambil melahap kue-nya.

"Mau?" Tanya Starla.

Regal menggeleng, "nggak. Aku nggak suka yang manis-manis, kecuali kamu."

REGAL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang