49 - Pengen Punya Anak

5.4K 1.6K 721
                                    

satpam betmensukanya durengak spam komenlo gak keren

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

satpam betmen
sukanya duren
gak spam komen
lo gak keren

=====*=====

"Udah segede gini, bagun kesiangan," ucap Ibu-Ibu dengan pakaian merah jambu dodol. "Rezekinya dimakan ayam nanti."

Saya melihat jam dinding dengan mata yang masih agak sulit terbuka. "Baru jam lima, Bu." Si Asti lanjut pergi ke kamar mandi begitu saya menemui si Ibu, perlahan langkah kami mengarah pada sofa dekat tangga. "Kalau rezeki saya dimakan ayam, ayamnya nanti bakal saya makan. Siapa suruh ambil rezeki orang."

"Ah kamu. Ini makanan buat kalian, Ibu kemarin terima pesanan katering kue sama nasi kotak, dan ini lebihnya jadi buat kalian makan aja ya. Sekalian berbagi rezeki."

Satu keresek makanan itu disimpan di atas meja lalu disodorkan, aromanya menggoda seperti tubuh saya. "Waah, makasih Ibu. Berarti teori Ibu salah soal rezeki dipatok ayam. Ini saya bangun siang tetep dapet rezeki."

"Ayamnya ngasih diskon rezeki kamu kali." Emangnya rezeki juga pake sistem diskon ya? Berati kalau mau bulan puasa banyak cashback rezeki dong? "Makanannya harus dihabisin. Kalau enggak Ibu nggak mau ngasih kalian lagi."

"Iya Ibu, pasti dimakan. Ibu baik banget padahal kita baru pertama kali ketemu." Kresek besar merah itu kini sudah ada di dekat saya, sebagai tanda diterima saja karena kalau disimpan di atas meja juga kurang indah, kecuali kalau foto saya baru menambah estetika.

"Ngawur aja ngomongnya." Dia berdiri disertai kekehan saya, lucu saja ekspedisi ini membuat bingung orang-orang setiap kali saya bicara demikian. "Udah ya, ibu harus anterin kateringnya. Terus Ibu nitip anak-anak, awasin mereka ya."

"Anak-anak Ibu?"

"Iya," jawabnya sambil saya antar keluar rumah.

"Gemes banget pasti, saya juga jadi pengen punya anak."

"Ya bikinlah." Saya sempat shock dengernya. "Tapi nikah dulu, ya. Kamu jangan kelamaan sendiri, nanti nyesel lho, anak kamu gede kamunya udah tua bangka."

"Tapi saya bakal tetep ganteng kok Bu kalau udah tua."

"Kalau wajah kamu kecelakaan---"

"Ibu, astagfirullah ngomongnya." Saya sampai mengelus dada.

"Udah ah Ibu mau berangkat dulu. Kalau anak-anak nggak mau bangun kamu siram aja ya." Wanita itu langsung berlari menuju mobil putih yang jika dilihat dari bayangan kacanya dipenuhi barang-barang katering. Dia melambaikan tangan yang refleks saya beri balasan.

Kembali ke dalam rumah, galak juga kalau harus menyiram anak-anak cuma karena nggak mau bangun. Padahal kan bisa bangunin pelan-pelan kayak "adek sayang, bangun yuk. Udah siang." Pasti gemas sekali kalau saya bilang gitu ke anak saya nanti sama Marni---seandainya dia tidak nikah dengan si TNI.

Ekspedisi Warung KopiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang