64 - Kayak ... Ahh

5.8K 1.4K 1.6K
                                    

beli duku memakai baretbaretnya punya si condet

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

beli duku memakai baret
baretnya punya si condet

maafkan aku yang ngaret
Bukannya ngggak mau update
tapi waktu nulisnya yang terbatas et.

* Aku lagi sibuk-sibuknya revisi, jadi kalian harus sibuk nabung buat versi bukunya nanti.
* Spam komen untuk menjadi bagian dari sejarah dari misi terakhir di Ekspedisi Warung Kopi.

-= HAPPY READING =-

Sluurpp, ahhh.

Lelaki berkumis putih, rambut putih dan kulit putih yang kini meminum kopi hitam di Yang Kusayang kabarnya adalah ketua RT kampung sini. Entah benar atau tidak tapi dia bilangnya begitu, uniknya si RT ini tidak memakai kopiah seperti RT-RT di kampung lainnya dan dia juga tampak blasteran luar negeri tapi logat Bahasa Indonesianya tidak kaku sama sekali.

"Jadi Bapak beneran RT di kampung ini?" tanya saya sembari membuka buku besar. Susah payah mengingat harus mengisi data ekspedisi dari pagi akhirnya terlaksana juga di sore hari.

"Ya begitulah." Satu tangan ia simpan di atas betisnya. "Kalau situ enggak percaya cek aja ke kantor Desa."

Menelan ludah, sepertinya dia agak galak. Pantas si Nina takut cerita soal tetangga jandanya yang meresahkan, Pak RTnya saja terlihat mudah emosian. Jadi canggung saya mau cerita apa kata si Nina, kalau bergerak sendiri menggerebek indekos janda itu pasti saya ikut dihakimi karena prosedurnya harus melapor lebih dulu.

"Hmmm." Sepertinya harus menggunakan sedikit trik agar emosinya tidak terpantik. "Pak RT tahu nggak kalau saya baru-baru ini ada masalah di kepala?" Tidak berbohong 'kan itu perbuatan Mas Belalang Sembah.

"Emangnya kalau situ sakit saya harus tahu begitu?"

"Bu-bukan gitu, Pak. Saya agak lupa soal nama kampung sini, hehe. Kalau enggak salah nama kampungnya Ci ... ma ...."

"Kaliandra! Gitu aja lupa."

Yes! Dapat, walau harus mendengar omelannya. "Iya, hehe. Maaf, Pak. Kalau momor rumah Pak RT tuh berapa, ya? Kemarin ada kurir yang nanyain soalnya."

"Kapan ada kurir ke sini, Om? Kan kemarin ...." Perkataan si Asti berhenti kala saya beri dia tatapan mengintimidasi. Susah payah memikirkan trik agar tidak kena amukan, karyawan saya malah seenaknya menggagalkan. "Oh iya bener Pak RT, ada kurir kemarin ke sini."

"Yang bener? Saya perasaan nggak pesen apa-apa di pasar hp."

"Pasar hp?"

"Itu, pasar yang ada di hp. Yang bisa belanja-belanja dari rumah."

"Online shop kali Pak RT, bukan pasar hp." Ini mau tertawa takut dosa, kalau ditahan juga tidak bisa.

"Bedanya apa? Sama-sama beli barang, berarti bisa dibilang pasar 'kan?" Tidak mau mengalah dia berkacak pinggang dengan mata melototnya.

Ekspedisi Warung KopiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang