orang cemen
buruk akhlaknya
yang spam komen
dilancarkan rezekinyabeli gelembung
di pasar duku
yuk segera nabung
buat peluk ewk versi bukuKapan terbit? Pokoknya nabung aja dulu.
===== * =====
"Papa ke sana sekarang ya, Ma. Iya tadi ada urusan mendadak. Temen Papa sih sebenernya, dia sakit tadi. Iya Mama... assalamualaikum."
"Waalaikumsalam," jawab kami bertiga refleks saat Dokter Toni mendapat telepon dari istrinya. Jawab salam kan wajib hukumnya, kalau jawab nasehat orang tua baru sebaiknya tidak.
Panggilan mereka ternyata Papa-Mama, ah kalau saya nanti menikah enggak mau kayak begitu, nggak mau samaan sama si Toni yang suka ngupil. Apa ya bagusnya untuk pasangan sempurna seperti saya dan jodoh saya nanti? Abi-Umi? Atau ... Ayah-Bunda? Ah gemas sekali.
Apalagi kalau anak kami nanti manggil ; "Ayah, gendong!" terus istri saya senyum sambil bawa belanjaan ringan dan satu tangan saya membawa belanjaan lainnya sembari menggendong anak laki-laki tampan yang mencubit-cubit pipi.
"Ih Om Diyat kenapa senyum-senyum? Pengen cepet nikah ya?" singgung si Asti yang membuat lamunan saya pergi. Padahal sedang indah-indahnya, jadi suka pengin potong gajinya kalau begini.
Dokter Toni duduk lagi berhadapan dengan saya, kopi yang dipesannya sudah sisa sedikit dan sepertinya ..., "Aku harus pergi sekarang, Yat."
Tidak terkejut karena dari jawaban telepon dia tadi saya bisa menyimpulkan begitu. "Buru-buru banget kamu." Saya berdiri mengikuti gerakan tubuhnya.
"Keluargaku sudah menunggu di rumah. Kami berencana mau berlibur soalnya, Yat. Maaf ya."
Berlibur? Bagaimana sih rasanya berlibur dengan keluarga kecil yang dipenuhi senyuman seorang anak dan cerewetnya mereka tentang indahnya pemandangan yang baru dilihatnya pertama? Menyenangkan ya pastinya?
"O-oh, iya. Titip salam buat istrimu. Kapan-kapan mampir ke Mandala Sari ya?"
"Iya, pasti. Tapi Mandala Sari itu di mana?" Ah saya lupa jika kami sedang menjalankan misi, Toni juga pasti tidak tahu tempat itu. "Warung kopimu ada cabang, kah?"
"Enggak, kita mau tutup warung ini nggak lama lagi. Mau pindah ke Mandala Sari soalnya," dalih saya dengan perasaan sendu. Entahlah, bertemu dengan kawan lama lalu harus secepat itu juga berpisahnya membuat perasaan amat disayangkan muncul kadang-kadang.
"Mandala Sari---" Perkataan Toni tertahan sebab ponselnya berbunyi tiba-tiba di saku depan. "Istri saya kirim pesan, katanya anak laki-laki kami nangis. Maaf ya, Yat, kita nggak bisa ngobrol lama. Kapan-kapan kita harus ketemu lagi ya. Nomor udah saya kasih ke karyawan kamu saat kamu nggak sadarkan diri di rumah sakit."
"Iya, hati-hati." Dia pergi dengan senyum rendah hati, saya lihat teman lama itu memasuki mobilnya kemudian pergi setelah klakson berbunyi.
Ck! Kenapa tiba-tiba saya merasa sedih dan ... bagaimana jika ini terakhir kalinya kamk bertemu? Bukan maksud apa-apa, tapi setelah Toni pergi, kehadirannya tadi menyimpan rasa kosong tersediri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ekspedisi Warung Kopi
Humor[SUDAH DINOVELKAN] FOLLOW SEBELUM BACA BIAR GAK DOSA] • [Fantasi, Komedi, Misteri] ============== TERBIT, TERSEDIA DI TOKO BUKU KESAYANGAN KAMU Rank tertinggi : #3 Misteri #1 Kopi (dari ribuan cerita) Warung kopi dengan tulisan besar "Yang Kusayang"...