Saya kali ini nggak mau pantun. Tapi tolong sekali untuk komentar apapun yang ada di isi kepala kalian sendiri saat membaca part ini, entah itu kasar atau tidak. Pokoknya komen. Wokay.
=====*=====
Sepi.
Orang-orang kampung nampaknya pada pergi ke pemakaman Pak Wahyudi, sekarang hanya terlihat beberapa ibu-ibu saja itupun tak melirik ke arah Yang Kusayang. Wajar sih kan sayanya juga ada di dalam sini jadi agak tidak kelihatan, soalnya mata ibu-ibu pasti minus.
Eits, bukan maksud menghina tapi banyak yang seperti itu. Saya hanya membicarakan realitanya, kalau ada yang tidak minus padahal sudah ibu-ibu ya bagus berarti anaknya tidak usah repot membantu memasukkan benang ke lubang jarum yang kecil atau membacakan khasiat-khasiat tertentu pada kemasan belakang produk yang dibeli Ibu.
Ngomong-ngomong saya dan dua karyawan tidak ikut ke pemakaman, pertama takut kaus ganja si Asti jadi bahan pembicaraan, kedua takut dimarahin ibu-ibu menyebalkan, ketiga takut ada yang nangis terus peluk saya kan bahaya. Nanti Marni marah bagaimana? Ya walaupun nggak lihat, pasti Marni bisa rasain kalau saya ini kangen sama dia.
Ngomong-ngomong soal kangen ....
Sebentar, ternyata tidak semua warga yang berjenis kelamin laki-laki ikut ke pemakaman. Buktinya sekarang ada laki-laki tinggi tapi kurus yang datang ke sini. Wajahnya sayu, tubuhnya kuyu, dia tampak kelaparan tapi juga tidak tampak kelaparan. Pokoknya dia kurang makan sepertinya, atau memang tubuhnya diprogram untuk mirip dengan belalang sembah? Entahlah.
"Beli apa, Mas?" tanya si Asti. "Kopi?"
Tidak ada jawaban.
Si Asti memgembuskan napas pelan lalu bersidekap di etalase toko. "Jangan lihatin saya karena itu membuat saya sadar kalau saya ini cantik. Jadi jangan macam-macam! Saya pernah bunuh nyamuk!"
Mas belalang sembah--- eh maaf, tapi gimana ya bilangnya--- itu menyipit. Tidak ada ekspresi, seolah kebahagiaan hilang dari kehidupannya. Jadi ngeri saya. Tetapi bisa jadi dia seperti orang yang ada di film komedi, awal-awal tak bergairah lalu setelah lawan bicaranya terkelabui dia berubah ekspresi jadi begitu menyenangkan. Ah sudah tertebak!
"Kenapa sih Mas lihatin Asti mulu?" Dia mengulum bibir bagian bawahnya lalu memainkan rambut seperti duta sampo lain.
"Minggir! Pala lu ngalangin!" jawab si laki-laki belalang sembah dengan emosi sampai membuat si Asti terdiam dan bersembunyi di belakang si Rian.
Kali ini karyawan saya yang laki-laki menghadapi si mas lusuh belalang sembah. "Tenang dulu, Mas. Mau beli apa?"
"Itu yang ada di belakang pala lu!"
Astagfirullah. Saya usap dada, kalau bukan karena dia pelanggan dia bisa saya cekek sekarang, eh tapi kalau saya cekek terus dia tiba-tiba punya kekuatan kunfu seperti di kartun Kungfu Panda bagaimana? Kan ada mas-mas itu di sana, Mas belalang sembah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ekspedisi Warung Kopi
Humor[SUDAH DINOVELKAN] FOLLOW SEBELUM BACA BIAR GAK DOSA] • [Fantasi, Komedi, Misteri] ============== TERBIT, TERSEDIA DI TOKO BUKU KESAYANGAN KAMU Rank tertinggi : #3 Misteri #1 Kopi (dari ribuan cerita) Warung kopi dengan tulisan besar "Yang Kusayang"...