57 - Istri---Aaah!

8.4K 1.6K 893
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ikan lele
Membeli paus
tidak komen le
Lo nggak keren keleus

====== HAPPY READ(EATH)ING =====

Jug gicak gicuk gicak gicuk.

Mobilnya berangkat.

Pasti ngarep saya nyanyi lagu Kereta Malam-nya Bunda Elvy Sukaesih, ya? Tidak! Saya tidak punya suasana hati yang baik untuk bernyanyi dengan kolkolah seperti ratu dangdut itu. Kepala saya masih sakit dan sekarang baru diizinkan pulang dari rumah sakit--- bersama si Toni.

Dia sekarang punya mobil bagus, warna putih, tapi masih bagusan mobil saya. Bukan yang pick up! Saya kan bujang tampan dan bersahaja, mobil saya ada dua. Sengaja tidak dibicarakan sejak awal-awal kisah ini dimulai, takut dikata sombong dan riya. Saya sudah berusaha sebaik mungkin untuk tidak menunjukkannya, mungkin ini pertama kalinya saya riya mengatakan bahwa punya mobil keren warna putih di rumah.

Si Toni sekarang pakai kacamata, dulu waktu masih main layangan padahal suka bikin kacamata sendiri dari kulit jengkol, soalnya waktu itu warga kampung kalau punya kacamata jengkol itu keren banget, Ariel noah aja kalah, apalagi kalau pake polem. Tahu polem? Polem is poni lempar. Istilah jaman sekarang tuh apasii kayak merek jam tangan; ima, imo, i ... emo! Iya itu bahasanya.

Di tangannya sudah dililit arloji silver, bukan lagi dari meteran yang sekali pukul langsung melingkar. Duuh kenangan masa kecil memang ada-ada saja, meskipun belum secanggih sekarang, keakrabannya juga jadi lebih terasa.

Masih kurang percaya? Oke, saya sama Toni pernah mandi bareng. Di sungai, eh tapi ada sedihnya juga waktu itu ada tentara asing dengan seragam kuning menyerang aliran air irigasi saat saya lagi berenang. Tahu siapa pelakunya? Itu Bapak-bapak yang lagi nyangkul di sawah, mentang-mentang waktu itu kita masih kecil jadi seenaknya saja buang air. Bukan apa-apa ya, tapi aromanya itu lhoo bikin saya menyesal berenang. Mana unsur minyak yang terkandung di tentara kuning menguar saat pasrah terbawa air.

Saya terkekeh mengingat masa-masa itu, entah si Toni masih ingat atau tidak. Kalau sudah jadi Dokter mungkin kepalanya akan lebih dipenuhi obat dan nama-nama penyakit.

"Kamu kenapa senyum-senyum sendiri, Yat?" tanya Dokter Toni ikut tertawa sedikit. "Mikirin cewek, ya?"

"Palingan mikirin Tante Marni, Pak Dokter," celetuk si Asti sangat menjengkelkan. Tidak sopan!

"Marni siapa?"

"Itu ... anak---ssst!" Saya tutup itu mulut beraroma kurang sedap dengan jari agar bau dan kata-katanya tidak menguar sembarangan. Sepertinya selain gigi, bibir si Asti juga harus dikawat agar tidak berbicara sembarangan lagi.

"Marni siapa, Yat?" tanya Dokter Toni yang masih penasaran.

"Uhmm itu. Marni ... orang yang saya cintai, Ton." Ya sudahlah pasrah saja, toh pada akhirnya dia juga harus tahu selaku teman saya dari masa lalu.

Ekspedisi Warung KopiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang