70 - GEDE KERAS

7.4K 1.2K 676
                                    

Ikan cumiDi kuah kariAku kembaliSetelah berhari-hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ikan cumi
Di kuah kari
Aku kembali
Setelah berhari-hari
.
Pasti pads kangen kan Anda? Ngaku!
.
* baca sampai akhir. Ada info penting!

-= HAPPY READING=-

"Jangan sedih-sedih ya, Sti. Kita harus seneng sama-sama."

Gadis itu sudah mengusap air matanya, kemudian tersenyum meski tampak dipaksakan. "Halah, paling juga lo ngeledekin gue di belakang."

Saya tidak tahu mereka membahas apa saja sedari tadi karena sibuk mendinginkan tubuh dari banyaknya keringat. Sudah jarang sekali lari pagi, jadi saat lari mengejar si babi yang mengintip mandi, sedikit membuat tubuh kewalahan menangani pembakaran lemak yang dilakukan tubuh. Segelas es jeruk di malam terakhir ekspedisi cukup menyegarkan diri, seharusnya saya langsung mandi tapi penasaran melihat si Asti dan si Rian berduaan.

"Gue udah baik-baikin juga." Cowok itu mendelik. "Minumnya habisin, nanti si Om potong gaji kita lagi kalau nggak habis."

Sial, kenapa dia jadi bawa-bawa saya? Benar-benar si Rian, apa harus saya potong sungguhan? Mana setelah itu keduanya tertawa-tawa kecil, seolah ancaman saya memang lelucon. Padahal kan hanya bercanda, niat hati mengajak jalan-jalan setelah pulang ke Mandalasari saya batalkan sajalah kalau begini caranya. Ngambek saya.

"Gue cuma nggak habis pikir sama Bapak. Kenapa dia keras kepala banget, egois, gue ini cewek. Anak satu-satunya, tapi nggak ada pengertian-pengertiannya," jelas si Asti memandang suasana di hadapan. "Lo pasti tahu kan alasan kenapa gue dulu malah ngekos di Bukos padahal rumah gue juga ada di kampung yang sama? Bapak ngusir gue, sama halnya kayak SMS dia kali ini."

Si Rian terdiam, dia justru tampak terkejut melihat pernyataan rekan kerjanya. Saya juga sebenarnya sudah mengira kalau dia tahu tentang masalah itu, tapi melihat ekspresi yang ditunjukkan barusan sepertinya tidak meyakinkan. Begitu pula si Asti, dia melongo melihat respons lawan bicaranya.

"Apa?" Satu tangan si Rian sampai terangkat ke bahu si Asti. "Lo cuma cerita satu kali waktu di pelabuhan, gue nggak tahu apa-apa soal alasan lo yang ngekos di kosan Bukos. Lo diusir dua kali sama bokap lo, Sti?"

Karyawan perempuan saya tampak gelagapan, ternyata si Rian tidak mengetahui soal peristiwa itu. Kalau bukan karena Marni yang cerita, sepertinya saya juga tidak akan mengetahui alasan sebenarnya. Dan si Asti diusir dua kali gara-gara ekspedisi ini? Tidak habis pikir, padahal saya rasa dia anak yang baik.

Melihatnya begitu, pantas saja dia menangis. Tidak ada yang mau diusir orang tua sendiri apalagi kondisinya kami sedang seperti ini. Kesusahan dan tidak bisa pulang. Jadi ingat perkataan si Asti waktu kami berdua mengantarkan pesanan si ibu hamil, saat itu dia bilang soal semua manusia haram di muka bumi dan ... saya kira hanya bercanda saja, tapi rasanya terlalu berlebihan jika si Asti menjadikan anak haram sebagai bercandaan apalagi sampai membawa bapaknya sendiri.

Ekspedisi Warung KopiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang