mengaduk semen
bergoyang jin
kudu spam komen
biar up-nya rajinmeniup gelembung
beraroma duku
jangan lupa nabung
buat EWK versi bukusaya akan follow IG (at)paizalanwar . Hayolo, ceffat follow kan nanti infonya bakal sering di Instagram, Sob.
Terbit di mana sih Om? Insyaa Allah di penerbit ... (sebagian teks hilang) So, tungguin!!!
-= HAPPY READING =-
"Ahhh..."
"Duuh... Aahhh...." Suara desahan berat itu keluar begitu saja saat tubuh ini bergerak. Entah kenapa bisa begitu tapi bangun dari tidur kali ini rasanya sedikit sakit.
Membuka mata perlahan sembari mengangkat tubuh dari tidur sudah seperti melakukan olahraga selama dua hari. Lemas dan pegal-pegal, perasaan semalam tidak melakukan apa-apa. Tidak olahraga juga kenapa lemas tiba-tiba?
Krek!
Bunyi tulang terdengar nyaring begitu tubuh dipaksa menghadap ke arah kanan tanpa mengubah posisi pinggul yang lurus. Ahh ... nikmat sekali tapi masih pegal, saya lakukan hal serupa ke arah berlawanan dan bunyinya masih sama.
Menoleh ke arah kiri kok tidak ada siapa-siapa di ranjang ini? Iya saya tahu saya masih sendiri dan belum punya istri, tapi maksudnya kayak ada yang hilang. Si Rian. Anak cowok itu kok tidak ada di sini? Apa dia di bawah ya semalam nontonnya ketiduran? Semalam saya tidak nonton TV karena harus mengistirahatkan kepala yang peningnya luar biasa setelah toples kaca dipukulkan Mas Belalang Sembah ke kepala.
"Duuh ...." Meraba kepala. Lho? Kok hilang? Menoleh ke arah kaca. "Perban saya ke mana?"
Ajaib! Tiba-tiba kepala tidak seperti orang yang sakit. Perban yang dipasang Toni juga sudah tak melilit lagi, apa dicopot sama karyawan saya saat lagi tidur ya? Bisa saja 'kan semalam kepala berdarah sampai perbannya harus diganti dan jadi alasan kenapa si Rian nggak ada di sini sekarang, kayaknya baru ketahuan tadi dan dia lagi ambil perban baru di kotak kesehatan yang ada di ruang TV.
Kalau diraba-raba sih kepala ini tampak sehat-sehat saja. Kalau dipukul bagaimana rasanya, ya? Penasaran ....
"Ahh ... aww ...." Itu hal paling bodoh yang saya lakuin dalam memulai pagi ini. Kadang penasaran bikin kita dirugikan.
Sembari menahan sakit di kepala, saya beranjak dari tempat tidur dengan memakai sandal ringan yang biasa ada di hotel-hotel. Kebetulan sendal yang dipake sekarang juga sendal hotel yang waktu dulu saya ambil sebagai kenang-kenangan, lumayan buat dipakai dalam ruangan.
"Yan? Sti?" panggil saya saat menuruni tangga sembari mengucek-ucek mata. Baru saya sadari saat ini tidak pakai celana panjang, tapi kolor bergaris warna pastel selutut dipadu kaus putih polos. Bukannya semalam saya pakai celana panjang hitam? Terus paginya juga lemas-lemas, kok sekarang ... jadi curiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ekspedisi Warung Kopi
Humor[SUDAH DINOVELKAN] FOLLOW SEBELUM BACA BIAR GAK DOSA] • [Fantasi, Komedi, Misteri] ============== TERBIT, TERSEDIA DI TOKO BUKU KESAYANGAN KAMU Rank tertinggi : #3 Misteri #1 Kopi (dari ribuan cerita) Warung kopi dengan tulisan besar "Yang Kusayang"...