--=*=--
HAPPY READING
------•------Sekarang jam berapa ya? Oh jam tujuh malam. Sudah ibadah? Sudah, tadi sama si Rian soalnya si Asti nggak mau diimami saya. Aneh, sudah saya ajak biar masuk surga eh malah bilangnya dosa, kedatangan bulan atau apa gitu saya kurang bisa merasakan.
Warung masih buka sampai sekarang, tempat di sini seru, yang datang rame tapi tidak rame-rame. Kira-kira setiap lima belas menit sekali ada saja yang datang dan keluar. Kalau lima orang di masing-masing meja sana sedang menyewa wifi, buat ngerjain tugas katanya. Kenapa? Bukan urusan saya mereka bohong atau tidak, kan mereka menyewa, yang penting sudah bayar.
Ngomong-ngomong si Asti dari tadi melirik dua anak manusia yang pesan serabi. Lho? Saya belum bilang ya kalau Yang Kusayang juga menjual serabi? Jadi serabi cokelat, keju, pandan tersedia di sini sesuai toping apa yang dipesan kami buatkan.
Sudah ganti baju? Sudah, aduh maaf saya nggak ceritain masalah saya ganti baju soalnya suka khilaf mendeskripsikan. Pokoknya celana yang saya pakai itu warna hitam, bukan levis, tidak slim dan sangat nyaman. Oke balik lagi ke warung kopi.
"Kenapa Sti sampai fokus begitu? Pengin ya punya pacar?" Isengin, tidak, saya berdiri di belakang si Asti bukan duduk di kursi.
"Apasi Om Diyat, Asti jomblo fiisabilillah."
"Masyaa Allah."
"Jangan percaya Om Bos, si Asti mah ukhty-ukhty naughty." Iya itu si Rian yang nyahut sambil bawa es batu dari dalam. [Ukhty artinya saudara perempuan, atau cewek].
"Sembarangan! Lo tuh akhi tak punya hati!" [Akhi = saudara laki-laki, Indonesianya cowok].
Lagi-lagi saya tertawa. Kalau ada satu harapan untuk mereka, saya mau mereka jangan sampai menjadi pasangan. Tidak terbayang akan ada berapa banyak pertunjukkan piring, gelas dan perabot dapur kalau kejadian.
Kala 'ku pandang kerlip bintang nun jauh di sana.
Sayup 'ku dengar melodi cinta yang menggema.
Terasa kembali gelora jiwa mudaku.
Karena tersentuh alunan lagu semerdu kopi dangdut.
Saya tidak bohong, jantung hampir copot saat lagu Kopi Dangdut dari Fahmy Sahab diputar dengan volume suara yang tidak ada akhlak. Tapi sepertinya bukan dari toko si Koko, soalnya dia terlihat berjalan ke depan alias ke warung saya diikuti saya sendiri. Kemudian anak-anak berlari ke selatan menuju sumber suara, Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak menyusul dari belakang. Sedangkan pengunjung saya tetap fokus dengan urusan masing-masing, ada sih yang penasaran bahkan langsung ikut pergi ke arah penuh lampu-lampu sana.
"Ko ayo, nanti nggak kebagian wahana," ucap seorang Ibu-Ibu sembari berlari kecil dan melempar senyum ke saya.
Benar juga, daritadi para pekerja pasar malam datang ke warung saya untuk sekadar ngopi, tapi saya tidak tahu hari ini dimulainya. Pantas waktu pertama kali melihat-lihat ada terlihat wahana permainan, jarak warung saya dan pasar malam tidak terlalu dekat, berjarak sekitar 50 meter dan speaker pemutar lagu ada di gerbang jadi musiknya kencang sekali terdengar ke Yang Kusayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ekspedisi Warung Kopi
Humor[SUDAH DINOVELKAN] FOLLOW SEBELUM BACA BIAR GAK DOSA] • [Fantasi, Komedi, Misteri] ============== TERBIT, TERSEDIA DI TOKO BUKU KESAYANGAN KAMU Rank tertinggi : #3 Misteri #1 Kopi (dari ribuan cerita) Warung kopi dengan tulisan besar "Yang Kusayang"...