48 - Suka yang Gede-Gede

5.5K 1.5K 653
                                    

Si Beben beli bakwanSpam komen kawan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Si Beben beli bakwan
Spam komen kawan

[gambar di atas semata-mata untuk membuat kalian semangat membacanya]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[gambar di atas semata-mata untuk membuat kalian semangat membacanya]

======*======

"APA?!"

"Belum, Om. Belum juga cerita," sergah si Rian dengan raut kesalnya.

"Biar nggak tegang." Si Asti tampak sedang mengunpulkan sesuatu, entah menyusun cerita atau keberanian di kepalanya. Lagian cuma telepon dari Bapaknya kenapa juga harus lama banget mikirnya, apa perlu saya sogok pake duit ya biar cepat? Sistem sogok biasanya lebih melancarkan sesuatu yang terhambat. "Ayo cerita Asti, jangan sampai saya mati penasaran dengan ketampanan ini. Ayo cerita atau saya potong gaji?!"

"I-iya, Om." Dia menegakkan posisi tubuhnya. "A-Asti ... diusir dari rumah."

"Hah beneran?" tanya saya terkejut, tapi si Rian malah biasa aja. "Kok bisa?"

"Bapak tahu dari Bu Kos kalau Asti lagi jalan-jalan katanya, Bapak marah karena sebelumnya Asti cuma izin nginep di sini doang." Dia menunduk, ada penyesalahan yang tidak bisa disalahkan.

Mulut saya masih terbuka. Benar juga waktu itu saya suruh mereka untuk izin menginap karena hujan, sebelumnya tidak kepikiran menyuruh untuk menghubungi orangtua terkait ekspedisi ini, selain tidak mungkin dipercayai juga saya rasa jin benar-benar menutup pikiran kami.

Ah! Kenapa juga waktu itu menelepon Bu kos, tahu sendiri dia suka bercerita apalagi kalau ditanya. Jadi menyesal sudah menelepon ke Mandala Sari meski sudah lama sekali. Sebentar, kapan terakhir kali menelepon Bu Kos? Kalau tidak salah waktu di Kampung Bara-Bere, artinya dua atau tiga hari lalu. "Terus kamu mau gimana kalau kita udah pulang?"

"Kalau Asti masih mau tinggal di rumah, kita harus pulang besok. Maksudnya tanggal dua puluh. Kalau tanggal dua puluh masih belum juga pulang, Asti disuruh ngekost lagi di Bu Kos."

Benar 'kan apa yang saya bilang kalau Bapaknya si Asti itu emosian, keluarganya juga sering cek-cok jadi si Asti sebelum kerja di sini suka ke sana ke mari dan tertawa. Untung Marni merekomendasikan dia hingga perlahan tampak nyaman dan jadi Asti yang sekarang. Kalau tidak mungkin akhlaknya tinggal setengah.

Ekspedisi Warung KopiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang