68 - Jual Diri

5.1K 1.4K 2.4K
                                    

Beli tahuMembawa penyuAku tahuKalian rindu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beli tahu
Membawa penyu
Aku tahu
Kalian rindu

Akhirnya aku kembali setelah beberapa hari ini tidak update. Jangan lupa spam komen karena biar updatenya cepat. Nggak percaya? Cobain dulu aja.

Ada janda membeli rujak
Yuk kita baca wahai para rujak!

-= SELAMAT MEMBACA =-

Apa hal yang paling mengecewakan? Banyak! Salah satunya sudah susah payah menjalani misi tapi ternyata tidak pulang ke Mandalasari. Ya jika hal itu terjadi saya rasa akan sangat mengecewakan setelah berhari-hari terjebak dalam keadaan yang mengharuskan kami mengisi data tidak jelas di buku besar.

Namun, ada hal mengecewakan lainnya yang jelas dirasakan sekarang.

Para bapak-bapak, saya dan karyawan gagal mengejar si pelaku pencabulan Mbak Janda karena kami telat menyadari. Berbekal petunjuk dari lelaki yang melihatnya keluar dari area dapur kami semua mengubek-ubek satu kampung tapi hasilnya nihil, kata orang yang mengenal dan melihatnya tadi dia pergi dengan sepeda motor.

Mengecewakan bukan? Tetapi apa sia-sia? Jelas tidak karena dengan kejadian itu Mbak Janda bisa lebih berhati-hati lagi, atau ... bisa juga trauma tak mau mandi lagi.

Kami semua kembali ke indekos Mbak Dela, sebenarnya tidak semua karena beberapa Bapak-Bapak ada yang memilih ngopi di warung kenalannya jadi pasukan sedikit berkurang. Di kosan janda yang tadi pingsan itu ada si Asti dan keluarga si Nina asli karena memang ditugaskan menjaganya takut kenapa-kenapa. Bahaya kalau yang jaga adalah laki-laki apalagi si janda tidak sadarkan diri.

Saya membuka pintu dengan perasaan kecil hati.

"Om? Gimana? Ketangkep?" tanya si Asti langsung berdiri menyambut kami. Mbak Dela terlihat sudah siuman tapi masih memegangi kepalanya. "Dipukulin nggak? Mana orangnya biar Asti potong belalainya!"

"Sabar, satu-satu nanyanya." Saya, si Rian dan Pak RT masuk ke dalam sedangkan yang lain menunggu di luar karena perintahnya begitu. "Emangnya gajah, ada belalai segala."

"Bukan belalai gajah, Om. Maksudnya biar Asti potong itu selang urin berdaging punya si cabul. Kesel Asti lihat kelakuannya."

"Kalau dipotong nanti dia mati, Astiii," sahut si Rian agak berbisik.

"Biarin, daripada berkeliaran. Meresahkan. Eh tapi nanti gue bisa masuk penjara ya?"

"Ya bisalah!" Si Rian mendelik lalu berpangku tangan.

"Ya udah deh nggak jadi."

Sudah? Begitu saja perdebatannya? Perempuan memang sering kali tidak bisa komitmen akan perkataannya sendiri, mudah sekali berubah-ubah asal ada kesempatan yang tidak merugikan dirinya. Tidak menyalahkan, tapi agak menyebalkan.

"Si Nina dan keluarganya ke mana, Sti?" tanya saya karena tadi sebelum pergi yang menjaga bukan hanya dia saja.

"Pulang, Om. Katanya si Nina ngantuk."

Ekspedisi Warung KopiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang