--=*=--
HAPPY READING
------•------"Nih Om, Ko, kopinya." Si Rian datang dengan meletakkan pesanan yang usai dibuatnya di atas meja. Sesekali penjual kopi meminum kopi di warungnya sendiri tidak masalah kan? Yang masalah itu tukang rujak, sudah tahu aquarium buat ikan malah diisi buah.
Setelah berjoged di toko sebelah tubuh kami cukup berkeringat, warung saya juga jadi ada pembelinya. Dengar-dengar sih pisang cokelat ludes dibeli orang-orang yang joged tadi, sebagian dari mereka masih berbincang di warung saya. Termasuk pemilik toko sebelah, dia kini duduk bersama saya di salah satu meja.
"Jadi lu baru buka satu minggu? Gue denger dari karyawan-karyawan gue."
"Lho? Memangnya Koko nggak tahu?"
"Gue kan baru pulang liburan, dari Bali. Sama istri. Sepuluh hari. Baru tahu juga gue rumah ini bakal dibikin tempat ngopi."
Waduuuh, kira-kira salah nggak ya bilang kita seumuran? Apa dia memang awet muda makanya kelihatan seperti umur dua puluh delapan seperti saya? Atau wajah saya yang glow down karena banyak masalah ya? Tuh kan jadi banyak pertanyaan. Oke fokus Yat!
"Udah punya anak, Ko?"
"Belum, gue lagi honeymoon aja seneng-seneng dulu. Kalau lu Yat? Udah punya istri?"
Jadi gemeteran gini, menggeleng. "Saya fokus bisnis aja si, Ko, tapi yang suka sama saya banyak. Sampai bingung nyeleksinya." Oh Tuhan, kenapa dia tertawa?
"Gue kasih saran nih Yat. Udah tua, jangan terlalu pemilih. Nanti susah dapet jodoh." Biskuit rasa kelapa yang namanya mirip penyanyi dangdut dicelupkannya ke dalam kopi. Dia pesan kopi standar dan rasanya jangan terlalu manis, kalau saya harus manis agar terserap ke wajah.
"Jodohkan sudah ada yang atur Ko."
"Itu lu tahu. Udah diatur sama Tuhan masih pilih-pilih aja." Dia celingukan, lalu berbisik, "Kalau yang deketin lu cantik terus baik, sikat aja. Gue jamin Yat, nggak bakal nyesel. Kawinin aja."
Sebenarnya di usia dua puluh lima tahun ini apa sudah seharusnya memiliki pasangan dengan ikatan pernikahan? Kok dari kemarin saya dapat saran tentang kawin dan menikah terus? Padahal lahir batin saya masih kurang srek kalau harus dalam waktu dekat. Sudahlah lupakan, pernikahan di usia sekarang bukan lagi praktek kelulusan anak SD. Jadi nggak usah buru-buru.
"Ih porno." Seseorang menimpali dan berdisi di antara kami, iya si Asti. "Bukan kawin Ko tapi nikah."
Si Koko terkekeh sembari menatap saya. "Orang yang kayak gini nggak boleh lo jadiin calon istri, Yat. Heh siapa nama lu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ekspedisi Warung Kopi
Humor[SUDAH DINOVELKAN] FOLLOW SEBELUM BACA BIAR GAK DOSA] • [Fantasi, Komedi, Misteri] ============== TERBIT, TERSEDIA DI TOKO BUKU KESAYANGAN KAMU Rank tertinggi : #3 Misteri #1 Kopi (dari ribuan cerita) Warung kopi dengan tulisan besar "Yang Kusayang"...