ada berbi
pacar betmen
yang kemari
kudu komen=====*=====
"Udah masuk belum?" tanya saya pada lelaki gemuk yang sering dipanggil BonBon.
"Udah mentok ini, Om," jawab dia masih maju mundur memasukan benda dengan tanganya. "Susah gerak, lubangnya terlalu sempit."
"Robek aja robek!" hasut salah seorang dari mereka yang tadi berteriak. "Paling tangan lu berdarah."
"Nih, pake kawat coba jangan tusuk sate segede itu." Si Asti datang dari belakang setelah tadi saya suruh mencari kawat di dapur bu Bela. "Lagian tinggal dobrak doang apa masalahnya sih."
"Ya masalahnya Bu Bela bisa marah kalau pintunya rusak," kesal di Bonbon mengganti senjatanya untuk membuka pintu. "Jadi berasa primitif gue pake benda-benda ginian."
Luqi--- salah seorang teman BonBon di kos ini--- menduga kalau di dalam kamar yang terkunci ada temannya. Sudah digedor-gedor sejak tadi tapi tak ada juga sahutan sama sekali. Takutnya terjadi sesatu yang tidak diinginkan karena katanya beberapa waktu terakhir dia stress akibat skripsinya yang tidak beres-beres dan banyak disalahkan.
"Sini biar saya coba." Tukar posisi dengan si Bonbon karena dia lama sekali membukanya.
"Kalau beneran mati gimana?" tanya Luqi bergidik ngeri.
"Hus! Jangan asbun!" Mengganggu konsentrasi saja, tidak tahu apa ya nusuk lubang pintu pake kawat jauh lebih susah daripada nusuk pisang cokelat.
"Asbun apaan, Om?" tanya si Luqi.
"Asal bunyi!"
"Kayak kentut di Astuti dong. Hahaha." Lagi-lagi cowok gemuk itu tertawa puas sekali, saya menoleh sesaat si Asti malah menutup hidungnya saat tawa si BonBon lebar di depannya.
"Mending gue kentut asal bunyi. Daripada lu, kentut kok pake mulut." Dia mengipas-ngipaskan tangannya hingga membuat tawa reda seketika.
"Emangnya mulut gue bau?"
"Nggak sih, beraroma sepiteng aja," sahutnya kesal memutar bola mata lalu fokus memperhatikan saya. Di belakang si Bonbbon sama si Luqi entah membicarakan apa, sepertinya menguji kebenaran dari bau mulut yang dikatakan si Asti. "Om, dobrak aja deh kayaknya. Kalau mati beneran gimana?"
Huft! "Iya sih, susah juga. Lagian ada apa di dalemnya sampe dikunci segala."
"Pesugihan kali Om, dia kan anaknya jarang ngomong."
Saya dulu juga pernah punya teman yang jarang ngomong, tapi kayaknya nggak pesugihan soalnya penakut. Kalau mau ngepet juga susah, siapa yang jaga lilin kalau dia jadi babi? Jadi ya setidaknya tahu dirilah kalau mau pesugihan juga harus ada temennya biar lancar.
"Satu, dua," ucap saya sembari bergerak cepat mendorong pintu dengan bahu. "Tiga! Argh!" Kayaknya saya salah mengambil ancang-ancang, soalnya jadi sedikit sakit. Efek sudah lama tidak olahraga jadi beginilah. "Bon, kayaknya sama kamu aja dobraknya." Sembari mempersilakan dia agar berhadapan langsung dengan pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ekspedisi Warung Kopi
Humor[SUDAH DINOVELKAN] FOLLOW SEBELUM BACA BIAR GAK DOSA] • [Fantasi, Komedi, Misteri] ============== TERBIT, TERSEDIA DI TOKO BUKU KESAYANGAN KAMU Rank tertinggi : #3 Misteri #1 Kopi (dari ribuan cerita) Warung kopi dengan tulisan besar "Yang Kusayang"...