01 - Kenapa Ini? Rian! Saya Benci Kamu

88.4K 8.2K 4.7K
                                    

--=*=--HAPPY READING------•------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

--=*=--
HAPPY READING
------•------

Warung kopi dengan tulisan besar "Yang Kusayang" itu warung kopi saya. Baru tiga bulan beroperasi di kawasan Mandala Sari. Bukan. Mandala Sari bukan wilayah komplek perumahan, tapi kampung yang-cukup luas- ada di Jakarta. Sejauh ini Mandala Sari tidak kotor, nggak tahu kalau di kampung gang sebelah yang ada si Rizkinya, di warung kopi ini tempatnya bersih dan terawat. Kurang lebih seperti sayalah, rapi, tampan, bersih, wangi, duuuh jadi malu.

Oh iya. Nama saya Hardi, tapi karyawan seringnya manggil Om Diyat atau Om Bos. Lengkapnya Hardiyata Jayastu, orang-orang di sini nggak tahu arti dari nama itu, katanya bagus saja. Jelaslah, Ibu Bapak saya yang kasih bukan dari aplikasi cocokologi. Meski begitu kadang juga ada Ibu-Ibu yang bikin saya sebal dengan manggil saya Yati.

Sebenarnya pengin protes di depan wajah mereka kalau saya ini masih laki-laki, dari mana juga bisa kejam dan durhaka begitu manggil saya Yati. Sering saya nyabarin diri ngomong "Biarkan Allah saja yang balas" tapi kadang juga gatal pengin siram kopi ke muka mereka.

Hardiyata kata Ibu artinya pemimpin yang memberi petunjuk, kalau Jayastu kata Bapak saya artinya semoga dia menang. Bagus banget gitu dipanggil Yati sama Ibu-Ibu durhaka! Diyat Bu Diyat! Bukan Yati! Aduuh saya jadi makin kesel. Bisa dibayangkan betapa sempurnanya saya, hehe, nama yang bagus dan rupa yang mulus. JANGAN PROTES! Ibu saya selalu bilang harus bangga sama diri sendiri dan saya bangga bisa punya warung kopi.

Hari minggu ini tumben sekali hanya ada satu pembeli, itupun memesan satu kopi dan sudah satu jam duduk di kursi kayu sambil wifi-an. Gak salah, sih, tapi kalau banyak pembeli kan alhamdulillah gitu pagi-pagi-pasti happy-ada rezeki.

Meni geulap gini euy di sini mah euy.

Pengin keluar atuh-lama-pisan-bidannya ANJHIM!

MAH!

Aing keluar sendiri, ya?

POEK!

"Ahaha gokil!" Si Asti ketawa tidak sadar diri sampai hampir terjengkang.

Saya menahan tawa karena kelakuan si Asti ketika membuka kulkas untuk melihat minuman apa yang hampir habis. Gadis itu kerjaanya main Instagram terus mentang-mentang belum ada pembeli lagi. Saya juga selalu penasaran dia nontonin apa di aplikasi itu, soalnya nggak punya IG-IG begitu, malas bikinnya, terus takut ada yang jadiin foto saya sebagai wallpaper ponsel mereka.

"Nonton apa, sih, Sti?" tanya saya sambil mendekati.

"Ini Om Diyat lihat deh, amit-amit banget ada bayi dalam rahim udah berkumis begini, haha!" Asti tak henti-hentinya tertawa. Jujur, saya juga amit-amit banget lihat videonya, bisa-bisa bidannya juga pingsan kalau bayi yang lahir sudah berkumis tebal begitu.

Ekspedisi Warung KopiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang