60 - Kumisnya Aja Lebat, Apalagi ....

6K 1.5K 1.9K
                                    

ada ikanmenmukbang buayayang spam komensemangat puasanya---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ada ikanmen
mukbang buaya
yang spam komen
semangat puasanya
---

EWK terbit di mana? Kasih tahu nggak ya? Kalian pasti tahu, penerbit cinta pokoknya.

Kapan EWK PO? Om kasih bocoran antara akhir Juni atau awal Juli, Sob. Jadi NABUNG! Karena aku nyiapin sesuatu dan hanya ada di PO.

Baydewey, follow IG Om buat dapet info-infonya (at)paizalanwar

==== HAPPY READING ====

"Assalamualaikum, Ganteng, Cantik."

Astaghfirullah itu suara buaya betina atau bebek sawah ya? Mengagetkan saya yang sedang makan piscok lumer cokelat saja. Ngomong-ngomong saya sedang ada di dapur soalnya kan habis ambil piscok, akhir-akhir ini stoknya masih segitu-segitu saja. Apa baiknya memang dipajang di depan ya? Biar habis begitu maksudnya, kalau habis sama saya kan rugi juga nggak balik modal.

Saya memang pintar dan cemerlang, jadilah box piscok itu kini ada di pangkuan untuk dipindahkan ke kulkas es krim yang ada di depan. Saat sudah ada di area peramu saji ternyata yang bicara tadi itu seorang bapak-bapak dengan baju kotak-kotak dan kumis lebat. Kumisnya aja lebat apalagi ... rambutnya, harusnya begitu tapi dia botak.

"Eh, kepala kamu kenapa, Yat?" Bapak-Bapak itu bertanya soal perban yang masih ada di kepala, lihat kan pasti saya sudah seperti Dewa Yunani yang memakai kostum mumi. Meski tertutupi tapi masih bisa dikenali.

Kini box piscok sudah ada di dalam kulkas, kenapa udaranya bisa dingin? Karena kulkas, bukan hotkas, haha. "Nggak kenapa-kenapa, Pak, kepala saya. Yang ada itu kepala bapak kayaknya bisa ngomong, ya?"

"Kok gitu?"

"Soalnya bo-talk, haha." Menahan ketawa bersama kedua karyawan rasanya tidak enak sekali sampai memejam agar Pak Botak tak sakit hati.

"Ah kamu bisa aja," jawabnya duduk di kursi dekat kami. "Kirain kepala kamu kenapa, Yat, kaget."

"Ah Pak botak kagetan kayak Ambon aja."

"Kok Ambon?"

"Ya Amboon!!" Saya peragakan ekspresi kaget melihat tagihan akhir bulan. "Bener kan Ambon, Yat, Sti?" Keduanya malah mengangguk meski tak yakin.

"Sesenang hati kamu aja deh, Yat. Mau Ambon, Bojong, Manokwari, apa juga terserah." Dia memutar bola mata, ah Pak Botak nggak asik. "Saya ke sini mau cerita."

"Cerita apa? Gosip ya?"

"Bukan. Itu kemarin katanya---"

"Tahan dulu, Pak. Ceritanya sambil ngopi aja gimana?" tawar si Rian memainkan alisnya. Anak didikan saya itu, jago marketing memanfaatkan situasi yang penting. "Biar asik, kopi anget lho Pak. Suka yang anget-anget dong pasti kayak sama Istri."

"Iya, istri saya suka bikin kopi. Ya udah deh. Satu ya, kopi item."

"Sip." Seusai memberi jempol di udara si Rian langsung mengeksekusi pesanannya. Kopi hitam tidak susah dibuat tapi nikmat susah didapat kalau bukan rekan saya yang buat.

Ekspedisi Warung KopiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang