09 - Kalau Nikahan Baru Saya Undang

9.9K 2.4K 138
                                    

--=*=--HAPPY READING------•------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

--=*=--
HAPPY READING
------•------

"OM DIYAT!"

"OM DIYAT BAGUN!"

"YAN BANGUN LU!"

"BURUAN!"

Saya membuka mata perlahan-lahan ketika si Asti secara kurang hormat masuk ke kamar dan membangunkan saya dengan mengguncang-guncangkan tubuh. Tidak tahu apa dia kalau saat ini saya lagi pakai bokser pendek di balik selimut ini, mata juga rasanya malas sekali untuk berekasi.

"Om Diyat buruan bang-AAAAA!"

Saya sama si Asti teriak bebarengan karena selimut yang melindungi tubuh seksi saya ditariknya, mungkin kesal sebab saya tidak kunjung membuka mata setelah beberapa teriakan yang dilontarkan. Tangan refleks menarik selimut kembali dengan wajah yang malu sekali, SAYA INI DUA PULUH DELAPAN TAHUN ASTI! Duuh, kira-kira dia melihat sesuatu tidak ya tadi?

"Asti kenapa kamu tarik selimutnya!"

"Maaf, Om. Asti kira pake celana." Wajahnya memelas dengan gigi yang menggigit jari sesekali. "Ta-tapi Om coba lihat ituu! Itu di bawah!"

"Itu-itu apa ah!" Jadi frustrasi gini saya karena malu. "Ada apa? Apa yang di bawah?"

"Kita udah balik lagi ke awal!" Akhirnya kalimat yang sulit diutarakan sebab gugup terdengar jelas dari mulut karyawan. Eh sebentar....

"SERIUS?!" Saya berdiri saking kagetnya.

"Aaaa! Om Diyat jangan berdiri gitu! Porno!" Si Asti menutup mata dengan kedua tangannya yang dihempas-hempas. Lupa saya saking semangatnya, cepat-cepat selimut ditutupi ke bagian yang agak vulgar.

"Awal apa Sti? Ke Mandala Sari lagi?" tanya si Rian sembari menguap.

"Iya buruan!" Gadis itu tampak tidak sabar menunjukkan sesuatu dari apa yang dilihatnya. Saya juga sama penasaran sekaligus bersyukur akhirnya bisa balik lagi ke sini. Awas saja kalau sampai Asti mengerjai saya.

Kami cepat-cepat turun ke bawah dan pintu mahoni pembawa sial itu masih bertengger gagah lalu digeser hingga menampilkan pemandangan yang sudah sangat saya nanti-nantikan. Tenang, paha saya sudah ditutupi handuk yang ada di dekat pintu kamar tadi saat berlari jadi tidak akan ada yang berteriak lagi. Hanya saja handuknya warna merah jambu, waktu membelinya tidak pernah terpikirkan akan dipakai untuk hal-hal seperti ini, jadinya beli saja apa yang ada di Toserba.

"Alhamdulillah!" Bersyukur akhirnya bisa melihat rumah Bu Tita lagi tepat di depan Yang Kusayang, beberapa rumah dari sini juga ada rumah bu kos. "Makasiih ya Allah. Akhirnya balik ke Mandala Sari!"

"Waduh, Bapak aku nanti gimana dong Om Bos? Dia pasti marah." Itu si Rian yang ngomong, kurang ajar sekali berbicara seperti itu setelah kembali ke sini. Saya paham dia khawatir dimarahin karena motor Bapaknya rusak nabrak pintu geser, ya tapi masa harus berpetualang ke tempat asing lagi cuma agar nggak dimarahin Bapaknya si Rian.

Ekspedisi Warung KopiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang