ada hati
yang disakiti
aku kembali
untuk menepati janjigara-gara kalian saia update lagi ini, mana udah lebih banget lagi dari 1,5K komentar. tapi gak apa-apa, saia tetap cinta diri saya.
-= SELAMAT MEMBACA =-
"Mbak janda masukin laki-laki ya? Atau dimasukin laki-laki?" tanya si Asti begitu saja hingga membuat orang-orang berpikiran curiga--- termasuk saya.
"E-enggak," jawabnya panik. "Saya dari tadi berdua sama Nina."
"Iya, Tante Dela tadi sama Nina makan kue yang dibeli Ibu."
Kebingungan semakin menjadi sekarang. Saya, si Asti dan si Rian saling memberi pandang. Perasaan mendadak takut, takut kalau ini semua ulah nenek kayu dan jin yang sengaja membuat kami tidak bisa pulang. Jika benar si Nina dewasa itu adalah jelmaan nenek kayu, lantas apa air jeruk siang itu bagian dari ramuannya?
"Benar, saya menyuruh Nina mengantar kue untuk Tante Dela," sahut Bu Lili yakin sekali.
Bagaimana jika misi sebenarnya dari pecahan terakhir adalah mengungkap kebenaran bukan hanya sekadar mengisi mantra? Ada terlalu banyak tanya di kepala sampai mau meledak rasanya.
Saya takut.
"Tunggu ..." Si Rian mengangkat satu tangan dengan pikiran yang tidak bisa dipastikan. "Apa yang Mbak Dela lakuin sebelum kami semua datang?"
"Sa-saya makan kue dari Nina, lalu saya mandi karena saya juga baru pulang kerja dari salon."
"Mandi?" Si Rian menyipitkan mata. Apa yang salah dengan mandi? Dia mengeraskan rahangnya, lalu mengepalkan tangan dan menatap saya. "Om, ini pasti pelecehan."
Dia cepat menuju sumber suara tadi disusul semuanya kecuali Ibu Lili dan Nina yang sekilas terlihat memilih diam di tempat. Si Rian memimpin paling depan dan senter Bapak-Bapak akhirnya ada gunanya juga.
Jalanan di gang ini sempit dan gelap, satu-satunya penerangan hanya remang dari cahaya lampu depan. Setelah dicek ternyata benar saja, beberapa kayu yang sepertinya semula disandarkan terjatuh, tidak mungkin jatuh begitu saja karena ada beberapa tanah kering seperti bekas disentuh seseorang. Ya, kayu itu tidak jatuh dengan sendirinya.
Mengandalkan senter dari ponselnya si Rian berlagak seperti seorang detektif, saya tidak mengerti dengan cara dia berpikir. Kadang seperti sudah pernah mengalami suatu kejadian, kadang juga paling memahami apa yang tidak kami ketahui. Entah peristiwa apa yang menimpanya sebelum bertemu saya, atau dia memang sering menonton film dan sedang merealisasikan apa yang ditangkap oleh matanya? Entahlah.
Saat diberi senter, sebuah benda balas memantulkan cahaya meski hanya samar-samar saja. Si Rian langsung mengambilnya karena benda itu terhipit kayu jadi ada sedikit retakan di sana. Dia berdiri menatap kami dengan heran yang sama bingungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ekspedisi Warung Kopi
Humor[SUDAH DINOVELKAN] FOLLOW SEBELUM BACA BIAR GAK DOSA] • [Fantasi, Komedi, Misteri] ============== TERBIT, TERSEDIA DI TOKO BUKU KESAYANGAN KAMU Rank tertinggi : #3 Misteri #1 Kopi (dari ribuan cerita) Warung kopi dengan tulisan besar "Yang Kusayang"...