Kepulan asap beraroma begitu menggugah selera. Semua hasil masakan sudah dikumpulkan di atas meja dapur yang semakin membuat lapar. Lele goreng sambal terasi tersaji dengan warna yang menggiurkan, ikan mas kuah kuning bikin lidah tak keruan, ikan nila asam manis hampir membunuh saya dengan sensasi aormanya yang bikin keroncongan.
SAATNYA MAKAN!
Kebetulan nasi matang di waktu yang tepat, saya ambil dari penanak nasi lalu disimpan di atas meja. Mereka semua tampak sangat kelaparan, apalagi si Asti yang sudah menggosok-gosokkan tangan siap menyantap. Lidahnya sesekali keluar seperti manusia ular.
"Berdoa dulu. Biar berkah." Bu Dara menghentikan pemikiran liar kami, hampir saya ambil ikan mas itu saking menggodanya. "Dipimpin sama kamu, Yat."
"Saya?" Semua mengangguk setuju--- sepertinya mereka percaya bahwa saya anak sholeh--- jadilah memposisikan duduk yang bbenar. "Sebelum makan mari kita berdoa dan terima kasih sudah diberi kesempatan untuk bisa merasakan semua ini. Berdoa dimulai." Tahulah bagaimana doa makan jadi tidak perlu saya tuliskan.
"Udah bisa dimakam belum, nih, Bu?" Si Asti memang nggak sabaran. "Laper saya."
"Iya bisa Neng. Sok atuh makan. Mau diambilin?"
"Boleh, Bu." Dia mengasongkan piring, yang lainnya masih menunggu giliran sambil menahan air liur yang mulai berkeluaran.
"Semoga kalian suka ya. Ibu memang biasa masak, tapi nggak tahu bakal sesuai selera kalian atau enggak. Kalau si Rehan mah pasti suka, aja. Hehe."
"Kalau nggak suka coret aja dari KK, Bu."
"Eh Asti! Astaghfirullah." Menggeleng bersama si Rian, Bu Dara hanya terkekeh. Yeay! Sekarang giliran saya dapat bagian, nggak apa-apa deh terakhir.
"Maaf, Om. Kelepasan."
"Nggak apa-apa. Kalau terlalu serius mah nggak asik, ya, Neng."
"Tuh si Ibunya aja ngerti. Teteh cuma bercanda ya Dek." Si Asti membela diri, lucunya Rehan malah menatap saya.
"Jangan dijawab Han. Biarin aja biarin."
"Ih Om Diyat!"
Singgung menyinggung diakhiri dengan kekehan. Lauk pauk sudah tersedia di piring putih masing-masing, saya ambil tahu karena sudah tidak sabar ingin merasakan sembari mengambilkan untuk Rehan dan Bu Dara juga.
"Sok atuh dimakan. Yang banyak makannya."
"Pasti, Bu. Apalagi si Asti." Waduuh si Rian malah mancing lagi.
"Kok gue si Yan. Susah bener mau makan." Tuh kan bener, nggak akan ada habisnya. Tanpa sadar dia malah mengangkat satu kaki ke atas kursi.
"Kebawahin lu malu-maluin." Si Rian menyadari hal itu dan langsung dituruti dengan permintaan maaf.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ekspedisi Warung Kopi
Humor[SUDAH DINOVELKAN] FOLLOW SEBELUM BACA BIAR GAK DOSA] • [Fantasi, Komedi, Misteri] ============== TERBIT, TERSEDIA DI TOKO BUKU KESAYANGAN KAMU Rank tertinggi : #3 Misteri #1 Kopi (dari ribuan cerita) Warung kopi dengan tulisan besar "Yang Kusayang"...