13 - Balada Cinta Diyat dan Marni

9.2K 2.2K 311
                                    

Waktu itu hari sabtu malam minggu, saya sama dua karyawan sedang membereskan barang pesanan pelanggan seperti gelas dan sebagainya, tahu sendirilah tidak usah banyak dijelaskan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu itu hari sabtu malam minggu, saya sama dua karyawan sedang membereskan barang pesanan pelanggan seperti gelas dan sebagainya, tahu sendirilah tidak usah banyak dijelaskan.

Yang Kusayang baru berumur satu bulan buka, tepat saat itu sebuah undangan saya terima. Sialnya yang memberi saya undangan adalah orang yang punya acara. Namanya Marni, dia datang ke tempat saya.

Sudah pernah cerita belum kalau saya memang suka sama Marni anak Pak Londo? Oke saya ceritakan sedikit dan kayaknya enggak akan panjang karena kisah kami berdua memang sebentar.

Jadi saya sudah menyukai Marni semenjak masih bekerja di salah satu bank, setiap pulang dari pekerjaan dia selalu tersenyum pada saya, mana manis pula senyumannya. Dia mirip artis kalau perlu dikatakan, mirip siapa ya lupa? Hmmmm Ariel Tatum sepertinya, iya Marni mirip Ariel Tatum.

Semenjak sering disenyumi begitu lama-lama hati seperti punya taman pribadi, siapa juga yang tidak terbawa perasaan disenyumi wanita secanti Marni. Kadang juga saya sengaja bulak-balik depan rumahnya hanya untuk memastikan dia masih ada di bumi ini. Jangan pikir apa yang saya lakukan itu mulus, boro-boro, kadang nggak ketemu sama sekali jadi yang ada malah capek.

Suatu hari saya memutuskan berhenti dari bank karena ada pemindahan tempat kerja gitu dan saya tidak bersedia, ngotot tetap di sana tapi tidak diperbolehkan. Ya sudah daripada hati tidak tenang lebih baik saya berhenti dan keluar dari bank, toh ada Marni yang menenangkan meski kerjaan saya jadi awut-awutan

Waktu memutuskan buka Yang Kusayang untungnya saya sudah punya rumah dan mobil, iya rumah ini dibelikan Bapak saya sih sebenarnya sebagai tempat tinggal. Kebetulan Bapak memang juragan tanah jadi waktu memutuskan pindah ke luar kota saya tidak kesusahan. Ada privilenge lah istilahnya.

Kurang ajar kalau ada yang berpikir kedua orang tua saya sudah meninggal! Mereka itu masih ada! Ada di Bandung, paling sering saya pulang setahun tiga kali. Namanya juga anak laki-laki, ngapain pulang sering-sering. Lebaran idul fitri, Idul adha sama kalau saya ada yang mau disampaikan saja baru ke sana.

Oke kembali ke kisah saya dan Marni.

Saat masa perancangan Yang Kusayang dia bantuin ngasih saran-saran karena memang suka nongkrong di warung Bu Tita, kalau kebetulan ketemu saja sih. Kami soalnya tidak saling bertukar nomor telepon atau sebagainya, tidak berani saya waktu itu untuk minta karena Pak Londo juga tahu saya. Sedikit informasi kalau si Asti dapat kerja dengan saya juga karena rekomendasi dari Marni yang kadang kasihan melihatnya dimarahin ornagtua terus dan tinggal di kosan Bu Kos.

Mungkin waktu Marni senyum merekah setelah membantu memberi saran konsep Yang Kusayang, Bu Tita melihat reaksi saya juga ekspresi yang memegangi dada. Masih ingat waktu itu karena sudah sore jadinya Marni pergi takut dicari Pak RT.

Ekspedisi Warung KopiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang