14 - Pernikahan Ariel Tatum Saya

8.5K 2.1K 242
                                    

PERNIKAHAN MARNI

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PERNIKAHAN MARNI.

Iya hari ini. Setelah pelukan hari itu tak pernah lagi saya melihatnya, sampai akhirnya hari yang Marni nanti-nanti tiba. Pernikahan Ariel Tatum saya digelar dengan meriah dan banyak didatangi abdi negara pada sebuah gedung kota Jakarta.

Kedua karyawan--- si Rian sama si Asti --- berangkat bareng saya pakai mobil bertiga.

Baru juga sampai area parkir, saya sudah merasa insecure untuk turun. Di dalam tampak sangat meriah dibarengi semringah, sedangkan nanti saya akan melihat bagaimana Marni jadi milik laki-laki lain. Saya takut pingsan karena tidak kuat melihat mempelai, kan malu kalau harus digotong para tentara itu.

"Saya pulang aja ya, Yan, Stim" Mereka sudah membuka seat belt, saya masih tetap diam.

"Jangan dong Om, kenapa harus pulang coba?" Si Asti pasti sedang curiga, jangan sampai mereka tahu kalau saya suka sama Marni. "Om minder ya lihat banyak abdi negara di sana."

"Bukan!" Enak saja, badan saya sama mereka tidak jauh berbeda. Pokoknya tidak berbeda! "Sa-saya takut banyak yang naksir nanti."

"Halah, ngeles terooos. Asti nggak mau ya udah make up cantik begini malah nggak jadi. Kan Maudy Ayunda jadi sedih."

"Hati-hati lho Sti, Maudy Ayunda bisa sedih beneran disamain sama kamu." Kalau Maudy tahu soal ini, pasti dia akan menutup warung saja. "Kalian berdua saja, ya, saya pulang."

"Om Bos kenapa siih--Tunggu!" Sekarang si Rian sepertinya mulai menduga-duga. "Jangan-jangan Om Diyat...."

"Oke kita turun!"Dari pada dituduh yang tidak-tidak oleh dugaan mereka yang bisa merugikan saya, jadi keputusan akhirnya tetap masuk ke sana. Kado yang sudah disiapkan dibawa, kami masing-masing membawa satu. Bukan, isinya bukan gelas atau selimut, pokoknya rahasia. Tapi nggak tahu kalau punya suli Asti sama si Rian.

Memasuki area pelaminan, saya lihat Pak Londo tampak gagah dengen setelan jas adat menyetak tubuh hamilnya. Sang istri menemani di samping Marni dan si laki-laki. Saya tercengang begitu melihat suami Marni, dia tinggi dan lumayanlah walau masih lebih keren saya. Dia Chicko Jeriko saya Rio Dewanto. Pokoknya jangan protes, saya harus yang paling keren.

Kado dari kami disimpan di tempat yang disediakan, begitu melangkah masuk banyak orang menyelidik. Tuh kan apa saya bilang, pasti mereka-mereka naksir saya. Duuh bingung harus pilih yang mana. Kaki entah kenapa susah sekali melangkah untuk bersalaman menuju kedua mempelai, aneh, kaki saya pun menolak mengucapkan selamat.

Rancangan panelnya sangat cantik, peletakan tanaman hias dan gradasi warna merah memberi dinamisme keindahan yang memikat. Saya berusaha kompromi dengan kaki dan akhirnya mau melangkah juga, kasihan yang antri di belakamg saya kalau raga keren ini diam di tempat. Standing flower banyak bertengger dan Pak Londo adalah orang pertama yang saya salami.

"Selamat Pak, Bu," ucap saya bersalaman.

"Makasih Yat. Nanti ngobrol-ngobrollah."

"Siap, Pak Londo. Mantap nih mantunya tentara." Ini antara menyinggung, tak terima dan kecewa keluar lewat nada bicara saya.

Ekspedisi Warung KopiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang