56 - Akh ... Mual

7K 1.5K 1.5K
                                    

ada ironmenbeli nutrisariyang nggak komenorangnya cemen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ada ironmen
beli nutrisari
yang nggak komen
orangnya cemen

=====*=====

Mati.

Itu yang saya pikirkan sekarang, kenapa? Sebab semuanya putih. S-E-M-U-A-N-Y-A. Ya, saya melihat warna putih, apakah ini warna hati saya?

Melirik kanan kiripun semuanya sama, putih. Apa ini artinya saya masuk surga? Atau hanya sedang tour ke alam lain saja? Barangkali memang begitu, karena banyak kejadian seperti ini di film-film. Saya kira apa yang ditampilkan di tv soal orang yang mati melihat warna putih itu bohongan, eh ternyata memang dibawa ke tempat kosong seluas ini. Kalau dilaporin ke Wa Haji pasti laku dibeli buat lahan bikin kontrakan.

Oh sial! Semuanya hanya putih saja, tak ada sesuatu yang bisa dibedakan sekarang. Saya bagai terjebak di ruangan paling sempit tapi luas yang ada di dunia. Tunggu, dunia? Mungkinkah saya masih ada di tempat bernama bumi itu? Benarkah? Berarti saya masih ada kesempatan bertemu Ibu Bapak, karyawan, orang-orang Mandala Sari dan Marni? Jika tidak kenapa semuanya tiba-tiba jadi gelap di mata saya?

"Ahh!" saya menggumam merasakan sesuatu yang sakit di kepala, mungkin rasanya setara ikatan cincin kepala Sungokong--- kera sakti yang mencari kitab suci. Padahal kan saya tidak berbuat dosa, kecuali nyolong mangga Bu Bella, marah-marah sama nenek kayu, ngatain belalang sembah, bilang body galon ke Pak Selamet, ngomongin Ibu-Ibu gosip, ngeledek Bapak-Bapak topi Maher Zain yang waktu di acara lelang, ngebentak mbak Neneg juga sering ancam potong gaji dan sedikit mengata-ngatai si Asti. Itu tidak terlalu berdosa kan?

Tak lama terdengar suara-suara, apakah itu suara kekehan malaikat yang menyambut saya? Apa saya benar-benar sudah tiada sekarang? Apa itu artinya ... saya tidak bisa melihat Marni lagi? Tidak! Saya harus berpamitan dengan dia setidaknya satu kali.

Tolong saya! Saya nggak mau ada di sini!

Siapapun, tolong keluarkan saya sekarang!

Saya mau balas dendam ke si TNI tapi bukan dalam bentukan hantu! Melainkan diri saya yang tampan dan mempesona itu! Tolonglah toples selai, kembalikan kehidupan saya, nggak apa-apa deh Marni sama si TNI, asal saya hidup dulu.

"Sti, itu matanya ketutupan perban!"

"Bentar, nanti ditarik."

Asti? Rian? Kalian di mana? Menengok kiri kanan tetap tidak ada, hanya suara saja yang samar-samar terdengar. Saya pejamkan mata, lalu saat membukanya kembali ... AJAIB! Sekarang sudah tidak serba putih lagi, ada sedikit bentuk wajah dalam kaburnya pandangan saya.

"Om? Om Diyat udah bangun?" Itu bisa dipastikan pertanyaan si Asti, tapi jangan bilang ini halusinasi.

"Om Bos, bisa ngenalin kita Om?" kali ini si Rian yang ngomong.

"Ahh ...." Menggerakkan kepla rasanya menyakitkan. "Kepala saya."

"Jangan banyak gerak, Om," pinta si Asti menyentuh tangan saya.

Ekspedisi Warung KopiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang