39 - Takut Siluman Babi

5.1K 1.5K 129
                                    

"Kalau gini terus nggak bakal pindah-pindah kita Om Bos

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalau gini terus nggak bakal pindah-pindah kita Om Bos. Dari tadi nggak ada juga yang dateng, tiga polisi tadi juga nggak beli apa-apa. Apa bakal kehitung sebagai pelanggan di buku besar?"

Rian tolong berhenti mengoceh! Saya tidak tahu dan semakin dipikirkan malah semakin menjadi beban. Untung saja otak ini ciptaan Tuhan, kalau ciptaan manusia mungkin sudah meledak karena banyaknya masalah yang terjadi di dalamnya. "Itu dia tega banget emang ini jin, ada dendam pasti sama saya."

"Dulu om pake susuk kali, jadi jinnya dendam."

"Asti! Sembarang kamu. Saya menawan seperti ini karena kepandaian saya merawat diri. Memangnya kamu."

"Apa?" Dia melotot 'kan jadi serem. Tahu boneka anabelle? Nah mereka nggak mirip.

Kalau terus beradu mulut tak akan ada habisnya, jadilah saya diam saja. Melihat buku besar hari ini belum ada perubahan apa-apa, tapi kalau untuk kampung Rambang kini sudah tertulis di sana.

 Melihat buku besar hari ini belum ada perubahan apa-apa, tapi kalau untuk kampung Rambang kini sudah tertulis di sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Lho? Mantranya juga berubah," refleks saya.

"Non Fui Fui Non .... Kayaknya nenek-nenek itu emang punya sihir deh, Om. Lihat-lihat dari mantranya bisa jadi dia dari zaman yang sama dengan Harry Potter."

"Nenek Hogwarts?" celetuk si Asti.

"Lu nonton juga?"

"Iyalah."

"Saya nggak peduli dia mau beral dari zaman Harry Potter atau zaman palaeolitikun atau peradaban sebelum manusia sekalipun. Yang penting sekarang kita pikirin gimana caranya biar misi hari ini selesai. Oke?"

"Oke." Mereka mengangguk, biasanya ada dua jenis anggukan. Pertama paham dan kedua biar cepat saja.

"Ada ide?"

Mereka menggeleng.

Memang agak salah berharap pada mereka berdua. Saya berdiri, kalau tidak salah pagi tadi melihat cahaya-cahaya kecil. Apa mungkin kunang-kunang? Atau mungkin juga lampu rumah warga yang jauh? Bisa jadi. Saya perhatikan lagi sekeliling melihat ke arah kiri, hanya hutan dan ke kanan pun juga hutan. Apa yang sebenarnya saya lihat tadi pagi?

Ekspedisi Warung KopiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang