--=*=--
HAPPY READING
------•------Mau tahu apa dampak dari marahnya si Asti di pasar malam? Ngeri pokoknya, dia hampir teriak kalau saya sama Rian mau jambret dia di tengah-tengah kerumunan. Untung sebelum dia lakuin itu saya buru-buru tutup mulutnya dan suap dia dengan mengabulkan apa yang dimaunya.
Tahu apa yang dia mau? Dia mau saya, Koko, Rian ikut naik OMBAK BANYU! Dia mau balas dendam sepertinya, saya hampir muntah setelah teriak-teriak tidak jelas, apalagi si Koko muntah setelah menaiki wahana kora-kora. Memang sekejam itu si Asti, bianglala tidak dipilih karena antrinya penuh.
Pada akhirnya kami berhenti di sebuah lapak pedagang bakso, kami dapat meja untuk berempat jadi pas. Tiga mangkuk sudah ada di hadapan sedangkan punya si Koko belum selesai diracik karena pesanannya yang banyak kemauan jadi agak lamban.
"Karyawan lu emang nggak ada sopan-sopannya sama orangtua, Yat." Wajah Koko mengerut sesekali, sepertinya untuk menetralisir pusing di kepalanya.
"Suruh siapa tadi jahatin Asti."
"Tuh, dendaman pula."
Saya menyantap satu suap, LAPAR! "Maafin dia Ko, tapi seru juga sih."
"Seru apanya, hampir serangan jantung gue.".
Tiba-tiba seorang pelayan memberikan pesanan Koko ke meja. Sudah begitu saja tanpa ada basa-basi sama sekali, mau disapa tapi saya pusing. Kalau si asti hampir akan menyapanya tapi urung digagalkan si Rian.
"Jelalatan mulu mata lo. Bening dikit pepet."
"Apa si Yan! Terserah gue dong. Emangnya lo pacaer gue? Pake larang-larang segala."
"Kan apa gue bilang, bisa-bisa mereka pacaran, Yat," singgung si Koko dan hal itu membuat keduanya cemberut sebal.
"Amit-amit saya Ko."
Percakapan kami sejenak berhenti di sana, kemudian menyantap bakso sebelum dingin. Hmmm... enak juga, sudah lama saya tidak makan bakso. Suasana malam semakin membuat nikmat, dingin samar-samar menyentuh dan riuh tanpa malu berseru. Hangat memenuhi mulut, bulat terkulum di dalam, ahh ... Akh!!! TOLONG SAYA TERSEDAK!
Susah payah saya memukul-mukuli si Rian yang ada di sebelah agar membantu, rasanya seperti dicekik. Panas sekaligus sakit, kirain saya bakso kecilnya muat, ternyata tenggorokan saya yang masih gadis.
"Om Bos kenapa? Keselek?" Pertanyaan si Asti sangat-sangat tidak perlu dipertanyakan.
"Ya ampun Yat. Ada-ada aja." Bangkit, si Koko menghampiri saya. Kemudian menghitung, satu ... dua ... tiga ... brak! Tengkuk saya ditepuknya kencang sampai bakso keluar dan masuk ke mangkuk. Ah jadi tidak bisa dimakan lagi. "Lu nggak lihat apa baksonya gede gitu."
"Om Bos ngelamun ya?"
Yhaa ketahuan deh. Emangnya tadi saya melamunkan apa ya? Oh iya, saya hanya membayangkan nikmatnya makan bakso yang hangat, tapi malah membuat saya hampir bertemu malaikat. "Efek pusing kali, duuh, makasih Ko."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ekspedisi Warung Kopi
Humor[SUDAH DINOVELKAN] FOLLOW SEBELUM BACA BIAR GAK DOSA] • [Fantasi, Komedi, Misteri] ============== TERBIT, TERSEDIA DI TOKO BUKU KESAYANGAN KAMU Rank tertinggi : #3 Misteri #1 Kopi (dari ribuan cerita) Warung kopi dengan tulisan besar "Yang Kusayang"...