Tumben sekali hari ini tidak ada yang berteriak kalau kita pindah lagi, padahal saya tidak bangun kepagian, malah dibangunkan alarm jam . Melihat ke samping, si Rian juga di sana masih tertidur dilahap selimut tebal. Apa kami tidak pindah ya?
Melihat diri di standing mirror, waduh mata saya bengkak--- tapi masih terlihat tampan sih. Ini bukan karena melawan penjahat dan ditonjok seperti apa yang ada di mimpi tadi, tapi karena menangis sebab pemberian si Rehan. Cengeng ya? Ah jangan sampai orang-orang tahu.
Oh iya di mana gambarnya?
Mencari-cari ke beberapa arah yang bisa saya ingat keberadaannya, tidak terlihat degan mata. Bangkit mencari-cari di bawah bantal, di dalam lemari dan ternyata ada di atas meja tertutup boneka.
Membuang napas lega. Duduk di sana, tiba-tiba tersenyum. Bersyukur gambarnya tidak hilang. Apa memang tidak pindah tempat ya? Atau ... sudah kembali ke Mandala Sari?
Tidak mungkin.
Telanjur penasaran akhirnya turun ke bawah, si Asti tidak sedang menyalakan teve. Entah di mana keberadaannya, biasanya dia yang paling rajin bangun. Dari arah dapur juga tidak terdengar ada yang sedang memasak. Aneh.
Menuju warung, membuka pintu mahoni sialan itu dan mata saya terkejut. Di depan adalah sebuah panggung yang sedang dibangun. Setelah menyipitkan mata dan menguceknya ternyata saya benar-benar di sini---pindah--- tapi di mana?
Menutup pintu lagi, belum waktunya buka warung. Sekarang kenapa bisa saya yang paling rajin bangun pagi? Menghampiri kamar di ekat ruang tengah, mengetuknya beberapa kali, tidak ada jawaban pasti.
"Sti! Di luar kebakaran!"
Huft!! Sepertinya memang harus dengan cara yang lebih mengejutkan. Kini toa sudah ada di tangan, menarik napas perlahan berancang-ancang sebelum akhirnya membangunkan.
"KEBAKARAN! KEBAKARAN!
"TOLONG! KEBAKARAN!
Benarkan apa saya bilang. Si Asti langsung keluar begitu juga dengan si Rian yang masih membawa selimut di punggungnya turun ke bawah. Mata mereka masih menutup sesekali, padahal mereka yang pertama kali tertidur sejak awal.
"Apa yang kebakaran, Om?"
"Kepala saya!"
Tak berlangsung lama terdengar suara orang-orang mulai mendekat, di detik berikutnya bahkan berusaha mendobrak pintu. Entah itu dari depan—ruang tamu—atau pintu warung yang tadi saya kunci lagi.
Gawat! Pasti teriakan toa ini terdengar sampai ke pegawai yang memasang panggung tadi. Kami semua panik dan berusaha menenangkan, buru-buru pintu dibuka setelah drama susah membukanya.
"Apa yang kebakaran?"
"Cepat keluar Mas kalau kebakaran, selamatkan diri."
"Biar kami yang masuk."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ekspedisi Warung Kopi
Humor[SUDAH DINOVELKAN] FOLLOW SEBELUM BACA BIAR GAK DOSA] • [Fantasi, Komedi, Misteri] ============== TERBIT, TERSEDIA DI TOKO BUKU KESAYANGAN KAMU Rank tertinggi : #3 Misteri #1 Kopi (dari ribuan cerita) Warung kopi dengan tulisan besar "Yang Kusayang"...