Menilai senantiasa lebih mudah daripada menjalani. Karena penilai bisa jadi juri, hakim, atau memang yang bertugas menilai. Penilai bukan sekadar komentator yang hanya menonton. Seperti para komentator sepakbola, misalnya. Apakah komentator itu memiliki kemampuan yang mumpuni dalam bola?
Begitulah porsi penilai dan penonton. Biarkan saja mereka menilai dan menonton. Untuk yang pendapatnya penting untuk pertumbuhan, perkembangan, serta kemajuan kita maka penilai bagaikan mentor yang ingin kita lebih baik.
Namun, untuk para pembenci, pengghibah, serta penghasut biarkan saja mereka melakukan amalannya sendiri. Kita tidak perlu menyediakan energi untuk mereka.
Apa manfaatnya? Apa ruginya? Jika kata hanya sekadar ucapan belaka. Bukan jadi masalah. Biarkan saja terjadi untuk hal-hal yang ada di luar kendali dan urusan kita. Namun, amal baik serta amal buruk itulah yang dicatat malaikat. Allah Maha Mengetahui perbuatan hamba-Nya. Bahkan apa yang disembunyikan di hati.
Allah Ta'ala berfirman,"Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh."(QS. Al-A'raf [7]: 199)
Wallahu a'lam bishowab.