Tentang Aman (2)

5 1 0
                                    

Suami dan istri bisa bercerai karena perselisihan. Pertengkaran terus-menerus, dimana masing-masing pihak lupa untuk menjadi pihak yang bersahabat. Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena energi meminta; minta hak dipenuhi dan kurang porsi kewajiban. Maka lihatlah dengan seimbang; sudahkah kita melakukan kewajiban kepada apa yang menjadi amanah kita? Jangan bersedih, jika merelakan hak kita untuk perdamaian.

Allah Ta'ala berfirman,وَإِنِ امْرَأَةٌ خَافَتْ مِنْ بَعْلِهَا نُشُوزًا أَوْ إِعْرَاضًا فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا أَنْ يُصْلِحَا بَيْنَهُمَا صُلْحًا ۚ وَالصُّلْحُ خَيْرٌ ۗ وَأُحْضِرَتِ الْأَنْفُسُ الشُّحَّ ۚ وَإِنْ تُحْسِنُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا"Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. Dan jika kamu bergaul dengan isterimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh), maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. An-Nisa' [4]: 128)

Karena hanyalah Allah yang menjadi sandaran hidup kita jika kita memang jujur dan tawakkal kepada Allah. Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-hamba-Nya. Sering kali, ketidaksabaran dalam mentarbiyah sesama akan membawa pada kehancuran yang lebih besar. Maka, apa susahnya sedikit merelakan jika itu demi kebaikan? Kuatkan dalam menuntun dan membimbing, bukan hanya menuntut.

Nabi Musa Alaihi Sallam berdoa,فَسَقَىٰ لَهُمَا ثُمَّ تَوَلَّىٰ إِلَى الظِّلِّ فَقَالَ رَبِّ إِنِّي لِمَا أَنْزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌMaka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa,"Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan berupa makanan atau rezeki lainnya, walau sedikit, yang Engkau turunkan kepadaku, Dan kini aku masih membutuhkan anugerah kebaikan darimu."(QS. Al-Qasas [28]: 24)

Kebaikan di sini bisa berupa rezeki, baik sifatnya: jasmaniah maupun ruhiyah. Rezeki jasmaniah berupa makanan, tempat tinggal, serta pakaian. Serta rezeki ruhiyah berupa: ketenteraman, keamanan, keselamatan, serta kesejahteraan batiniah.

Menjadi pribadi yang saling mengerti dan memahami butuh hati yang besar. Karena tidak ada manusia yang sama di dunia ini, semua manusia itu unik, maka hargailah.

Di dalam hubungan, saling menghargai bisa dilakukan dengan cara:1. Mengenali kewajiban masing-masing untuk dilakukan.2. Mengenali pribadi masing-masing.3. Dekati keluarga dan sahabatnya.4. Dukung kebutuhan, cita-cita, serta hobinya selama dalam kebaikan.5. Ingatkan saat keliru, dengan cara dan waktu yang tepat, karena baik belum tentu tepat.6. Senantiasa mendoakan.

Nabi Musa juga berdoa,"Robbis rohlii shodrii, wa yassirlii amrii, wahlul 'uqdatam mil lisaani yafqohu qoulii" yang berarti: Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku.

Komunikasi merupakan fondasi sebuah hubungan. Tanpa komunikasi efektif, tidak akan ada kepercayaan serta pada ujungnya komitmen yang terjalin. Komunikasi menyangkut bagaimana sebuah pesan bisa disampaikan serta diterima dengan baik.

Imran Bin Hushin Radhiyallahu 'Anhu berkata,Tiga perkara yang dengannya seorang hamba akan mendapatkan keinginan-keinginan dunia dan akhirat,"Sabar ketika tertimpa bencana, rida terhadap ketentuan Allah dan berdoa ketika dalam keadaan lapang."(Zuhd Abu Dunia: 392)

Pada umumnya ketika tertimpa bencana ataupun kesusahan yang tidak dikehendaki, maka jiwa manusia akan protes serta berontak. Marah atau tidak sabar terhadap takdir.

Imam Syafi'i menuliskan dalam Manaqib Asy-Syafi'i Lil Baihaq; kehebatan seseorang terdapat pada tiga perkara, yaitu:كتمان الفقر حتى يظن الناس من عفتك أنك غني 1. Kemampuan menyembunyikan kemelaratan, sehingga orang lain menyangkamu berkecukupan karena kamu tidak pernah meminta.وكتمان الغضب حتى يظن الناس أنك راض2. Kemampuan menyembunyikan amarah, sehingga orang mengiramu merasa ridaوكتمان الشدة حتى يظن الناس أنك متنعم .3. Kemampuan menyembunyikan kesusahan sehingga orang lain mengiramu selalu senang. Seseorang yang telah menyerahkan urusan kepada Allah akan mampu melakukan hal tersebut, karena tidak ada kemudahan serta kesulitan yang terjadi tanpa hikmah. Allah telah menciptakan segala sesuatu dengan ilmu-Nya dan dengan sifat Maha Bijaksana.

Allah Ta'ala berfirman,إِنْ يَنْصُرْكُمُ اللَّهُ فَلَا غَالِبَ لَكُمْ ۖ وَإِنْ يَخْذُلْكُمْ فَمَنْ ذَا الَّذِي يَنْصُرُكُمْ مِنْ بَعْدِهِ ۗ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ"Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal."(QS. Ali 'Imran [3] 160)

Allah Ta'ala senantiasa bersama dengan kita, namun kita sendiri yang melalaikannya dengan abai maupun maksiat yang kita perbuat. Maka, tidak ada jalan lain untuk memperoleh keamanan sejati selain kembali kepada Allah. Mengakui segala kesalahan kita kepada Allah, serta bersikap kaffah (totalitas) kepada Allah, dengan mengikuti apa yang Rasulullah telah ajarkan kepada umat-Nya. Kehadiran Rasulullah di muka bumi merupakan anugerah terbesar yang diberikan Allah, sebagai penuntun jalan sejati kembali kepada-Nya.

99 Catatan IlmaWhere stories live. Discover now