Abu Nu'aim rahimahullah dalam kitabnya, Al-Hilyah, menyebutkan suatu riwayat dari Abdullah bin Aun rahimahullah bahwa dahulu para ahli fikih saling berpesan dan mengirim surat di antara dengan menuliskan,
"Barang siapa yang beramal untuk akhiratnya, Allah akan memberi kecukupan bagi kehidupan dunianya. Barang siapa yang memperbaiki urusan pribadinya dengan Allah, Allah akan memperbaiki apa yang tampak darinya. Barang siapa yang memperbaiki hubungannya dengan Allah, Allah akan memperbaiki hubungannya dengan manusia."
Abu Hazim rahimahullah mengatakan,
"Tidaklah seseorang memperbaiki hubungannya dengan Allah melainkan Allah akan memperbaiki hubungan dengan sesamanya. Sebaliknya, tidaklah jelek hubungan seseorang dengan Allah melainkan Allah akan burukkan hubungan dia dengan orang lain. Demikian itu karena berbuat baik kepada satu orang tentu lebih mudah daripada berbuat baik kepada semua orang. Sungguh ketika hubunganmu dengan Allah baik maka semua orang akan condong kepadamu. dan ketika hubunganmu dengan-Nya buruk maka semua orang akan berpaling meninggalkanmu."
Rendahkanlah hati, baik kepada Allah maupun makhluk-Nya. Jauhi kesombongan, keangkuhan, serta sikap sewenang-wenang, karena sesabar apapun manusia, hati nurani akan berontak jika kebutuhan batinnya diinjak-injak.Diriwayatkan dari Iyadh bin Himar radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda,
وَإِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلَا يَبْغِ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ
'Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian bersikap rendah hati hingga tidak seorang pun yang bangga atas yang lain dan tidak ada yang berbuat aniaya terhadap yang lain" (HR Muslim no. 2865).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah -rahimahullah- berkata,"Penyakit ilmu adalah kesombongan dan penyakit ibadah adalah riya."(Ar-Raddu 'ala asy-Syadzili, halaman 2017)
Hati-hati dengan energi meminta dan menuntut sesuatu pada orang lain, karena Islam mengajarkan betapa mulianya sikap dermawan yang dilandasi dengan syukur kepada Allah. Jika tanpa menyadari bahwa Allah sudah memberikan karunia yang begitu banyak, maka pemberian tidak disertai rasa syukur dan bisa menjadi sebab menyakiti pihak lain.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah - rahimahullah- berkata,"Tidak ada kegembiraan bagi seorang yang tidak menanggung kesedihan, tidak ada kenikmatan bagi seorang yang tidak memiliki kesabaran, tidak ada kesenangan bagi orang yang tidak mengalami penderitaan, dan tidak ada istirahat bagi orang yang tidak tahan kelelahan."Allah Ta'ala berfirman,
وَلاَ تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلاَ تَمْشِ فِي اللأَرْضِ مَرَحاً إِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَجُوْرٍ
"Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri."
(QS. Luqman [31]: 18)Kedamaian dan kebahagiaan milik hamba-hamba Allah yang memelihara keimanan dan ketakwaan serta mewujudkannya dalam kebaikan.
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ
"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik." (HR. Ahmad 2/381. Syaikh Syu'aib Al Arnauth menyatakan bahwa hadits ini shahih)
Maka sebagai seorang muslim hendaknya kita teladani junjungan kita untuk memberikan akhlak baik kepada sesama. Dengan sikap pemaaf, tidak mudah marah, serta mempermudah urusan selama itu jalan kebaikan dan kebenaran.
Akhlak baik sangat tinggi nilainya di akhirat, maka akhlak baik sesungguhnya ada pada hamba-hamba Allah yang bersabar.Karena dunia adalah penjara bagi orang yang beriman, termasuk dalam hal berjuang menetapi kesabaran.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الْكَافِرِ
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Dunia adalah penjara bagi orang beriman dan surga bagi orang kafir." (HR. Muslim no. 2392)
Imam Nawawi rahimahullah dalam Syarh Shahih Muslim menerangkan, "Orang mukmin terpenjara di dunia karena mesti menahan diri dari berbagai syahwat yang diharamkan dan dimakruhkan. Orang mukmin juga diperintah untuk melakukan ketaatan. Ketika ia mati, barulah ia rehat dari hal itu. Kemudian ia akan memperoleh apa yang telah Allah janjikan dengan kenikmatan dunia yang kekal, mendapati peristirahatan yang jauh dari sifat kurang.
Al-Munawi rahimahullah dalam Mirqah Al-Mafatih menjelaskan, "Dikatakan dalam penjara karena orang mukmin terhalang untuk melakukan syahwat yang diharamkan. Sedangkan keadaan orang kafir adalah sebaliknya sehingga seakan-akan ia berada di surga."
Mukmin yang memahami posisinya di dunia akan senantiasa berikhtiar serta meminta pertolongan kepada Allah dalam urusan sabar. Allah Ta'ala berfirman,وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ
"Dan (sifat-sifat yang baik itu) tidak akan dianugerahkan kecuali kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan kecuali kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar."
(QS. Fussilat [41]: 35)Betapa mulia sifat sabar ini hingga Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu 'Anhu juga mengatakan,
"Sabar bagi keimanan laksana kepala dalam tubuh. Apabila kesabaran telah lenyap maka lenyap pulalah keimanan."
Sabar terdiri dari ketabahan, ketekunan, menahan diri dari gejolak emosi, hawa nafsu atau keinginan, serta sikap mengeluh. Sikap mengeluh merupakan tanda tidak rida' terhadap ketentuan Allah. Sedangkan, hawa nafsu akan membawa kepada tamak bahkan hasad kepada pembagian rezeki Allah. Gejolak emosi merasa diri hebat akan membawa pada kesombongan, keangkuhan, dan sikap sewenang-wenang karena merasa paling benar. Semua itu solusinya adalah sabar.Referensi:
https://www.islampos.com/perbaiki-hubunganmu-dengan-allah-allah-perbaiki-semua-urusanmu-184814
https://muslim.or.id/3536-jauhi-sikap-sombong.html
https://rumaysho.com/11513-dunia-itu-penjara-bagi-orang-mukmin.html
YOU ARE READING
99 Catatan Ilma
Документальная прозаUntaian hikmah kehidupan berdasarkan pemahaman Islam