Tentang Mental (4)

2 0 0
                                    

Setiap hari, ada peran Allah sehingga kita bisa makan-minum serta hidup di dunia ini. Maka, syukuri rezeki yang Allah sudah berikan dan jangan sepelekan apapun yang Allah berikan kepada kita.

Hati-hatilah dalam berkata, bersikap, serta bertindak. Tidak perlu terburu-buru, namun juga detail melihat serta memeriksa agar kita memperoleh persepsi yang lebih lengkap.

Hati yang ujub atau bangga diri akan mudah melihat kebaikan diri serta menilai orang lain buruk. Padahal tidaklah demikian dengan sifat tawadhu'. Orang lain belum tentu seburuk yang kita pikirkan, dan diri kita yang pendosa juga belum tentu sebaik yang kita pikirkan.

Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu 'Anhu berkata,"Aku tidak sebaik yang kau katakan, dan Aku tidak seburuk apa yang terlintas dihatimu."Hakikat dari tawadhu adalah memandang orang lain lebih baik daripada kita, karena ada udzur serta husnudzon. Allah Ta'ala berfirman,الَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ إِلَّا اللَّمَمَ ۚ إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ ۚ هُوَ أَعْلَمُ بِكُمْ إِذْ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَإِذْ أَنْتُمْ أَجِنَّةٌ فِي بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ ۖ فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ ۖ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَىٰ"(Yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu maha luas ampunan-Nya. Dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa."(QS. An-Najm [53]: 32)

Setan sebagai musuh yang nyata bagi manusia, tidak pernah kehabisan cara untuk menjerumuskan manusia dalam keburukan. Tipu dayanya membuat sesuatu yang sejatinya salah, seolah terlihat menjadi benar. Diantara tipu daya tersebut ialah dengan membuat manusia merasa dirinya suci dan merasa aman dari dosa.
Mengenai ayat ini, Syaikh Abdurrahman As-Si'di menerangkan bahwa terlarangnya orang-orang beriman untuk mengabarkan kepada orang-orang akan dirinya yang merasa suci dengan bentuk suka memuji-memuji dirinya sendiri. (Taisir Karimir Rahman).Kebiasaan merasa diri suci merupakan perbuatan yahudi dan nasrani yang jelas-jelas dicela oleh Allah ta'ala,وَقَالُوا لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ إِلَّا أَيَّامًا مَعْدُودَةً"Dan mereka berkata, 'kami sekali-kali tidak akan disentuh api neraka kecuali selama beberapa hari saja" (QS. Al Baqarah: 80).Bahkan, saking merasa sucinya, mereka merasa bahwa hanya merekalah yang paling layak masuk surga.وَقَالُوا لَنْ يَدْخُلَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ كَانَ هُودًا أَوْ نَصَارَى"Dan mereka berkata,'Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang yahudi dan nasrani" (QS. Al Baqarah: 111).Sehingga Allah ta'ala cela kebiasaan mereka ini,أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يُزَكُّونَ أَنْفُسَهُمْ بَلِ اللَّهُ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ وَلَا يُظْلَمُونَ فَتِيلًا"Apakah kami tidak memperhatikan orang yang menganggap dirinya bersih. Sebenarnya Allah mensucikan siapa yang dikehendaki-Nya dan mereka tidak dianiaya sedikit pun" (QS. An-Nisa: 49).Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda,لاَ تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمُ اللَّهُ أَعْلَمُ بِأَهْلِ الْبِرِّ مِنْكُمْ"Janganlah kalian merasa diri kalian suci, Allah lebih tahu akan orang-orang yang berbuat baik diantara kalian" (HR. Muslim).Rasulullah dan para Salaf pun tidak menganggap diri suciAdakah keraguan pada diri kita, bahwa Nabi shalallahu 'alaihi wasallam adalah manusia yang paling sempurna keimanannya? Sekali-kali tidak. Kita amat meyakini kesempurnaan iman beliau. Akan tetapi, kesempurnaan iman beliau tidak membuat beliau merasa dirinya suci dan bosan dalam beribadah. Meski telah dijamin surga, akan tetapi beliau tetap shalat malam hingga bengkak kakinya. Lalu bagaimana dengan kita..?! Masih layakkah menganggap diri kita suci..?!Belum sampaikah ke telinga kita, cerita tentang Hasan al Bashri rahimahullah yang tiba-tiba bangun dari tidur malam dan menangis sejadi-jadinya. Setelah ditanya apa sebab ia menangis, ia menjawab, "Aku menangis karena tiba-tiba aku teringat akan satu dosa." (Al-Buka' min Khasyatillah, Asbabuhu wa Mawani'uhu wa Thuruq Tahshilih).Masya Allah, seorang Hasan al Bashri rahimahullah yang begitu banyak ilmu dan amalnya, ternyata tidak membuat beliau merasa dirinya suci. Justru beliau menangis karena teringat akan satu dosa. Begitulah sejatinya seorang mu'min, menganggap kerdil dirinya karena dosa-dosanya, sebagaimana Hasan al Bashri rahimahullah yang menangis karena teringat akan satu dosa. Lalu bagaimana dengan kita, yang dosanya tidak dapat lagi dihitung dengan jari tangan dan jari kaki..?! Masih layakkah menganggap diri kita suci..?!Imam Ibnu Hazm rahimahullah berkata, "Barangsiapa diberikan musibah berupa sikap berbangga diri, maka pikirkanlah aib dirinya sendiri. Jika semua aibnya tidak terlihat sehingga ia menyangka tidak memiliki aib sama sekali dan merasa suci, maka ketahuilah sesungguhnya musibah dirinya tersebut akan menimpa dirinya selamanya. Sesungguhnya ia adalah orang yang paling lemah, paling lengkap kekurangannya dan paling besar kecacatannya." (Al-Akhlaq wa as-Siyar fii Mudawah an-Nufus, dinukil dari Ma'alim fii Thoriq Thalab al-Ilmi)Semoga Allah ta'ala menghindarkan kita dari sikap merasa suci dan memudahkan kita dalam menggapai surga-Nya.


Hati-hatilah dengan bisikan setan, untuk bersikap tergesa-gesa maupun merasa diri tinggi. Keangkuhan dan kesombongan setan yang membuat bangsa mereka tidak mau menyembah kepada Allah tatkala Allah perintahkan demikian.

Sami'na wa atho'na, artinya: kami mendengar dan kami taat. Jadilah hamba Allah yang berjuang dalam ketaatan kepada Allah, bukan dalam perkara keji, munkar, maupun permusuhan. Semoga kita bisa dilindungi Allah dari keburukan. Aamiin.

Referensi:
https://muslim.or.id/22354-diantara-tipu-daya-setan-merasa-diri-suci.html

99 Catatan IlmaWhere stories live. Discover now